Tuesday, October 05, 2004

The new member of the family




























name : alisha nadia susilo
dob : queen elizabeth hospital, london, 03/10/04
time : 01.00 am
weight : 3186 grams
length : 55 cm
midwife: jenny armstrong
doctor : julie e lord
length of labour : 04 hr 55 m
gestation : 41 weeks 4 days

Friday, October 01, 2004

Still Pregnant

Telpon rumah, hand phone dan juga SMS terus berdering yang isinya "menuduh" saya telah melahirkan: "Beluuuum!!!!", jawab saya selalu.

Yup, si baby masih betah di perut ibunya, meskipun hingga detik ini masuk ke Minggu ke-41. Padahal, menurut EDD (estimate due date) adiknya Kirana diperkirakan datang tanggal 27 September lalu.

"Ada yang bisa saya lakukan untuk membuat bayi cepat lahir ?" tanya saya Rabu lalu ketika datang ke dokter. Makan hot curry, banyak jalan, dll (gak perlu disebutkan) katanya bisa mempercepat kelahiran. "We can't guarantee, but still worth to try", kata the midwife.

Wah kalau cuma itu, saya sudah lakukan setiap hari dalam minggu-minggu terakhir. Gardening, jalan-jalan sampai menjelang tengah malam, masak besar untuk sunatan anak temen (termasuk seharian jadi tukang bakar) dan juga masak pesta Ultah anak teman yang lain beberapa hari kemudian, masak untuk di frozen di rumah (untuk persediaan kalau sudah melahirkan), belanja, dll. Luar biasa aktif sampai yang melihat ketakutan, saya akan melahirkan di tengah-tengah proses sibuk itu.

Bahkan setiap minggu, sampai Kamis lalu, saya masih aktif ikut UK driving lesson (belajar nyetir dengan benar dan taat peraturan , biar bisa lulus SIM UK)! "Don't you dare, melahirkan di mobil ku," kata Malcolm my instructor bercanda tapi juga serius.

Tidak hanya Malcolm ternyata, mulai minggu lalu, teman saya nggak mau diajak jalan lagi. Dari alasan:"Gak mau ajak loe lagi, abis nyari tempat pipis mulu, repot." Sampai: "Gak ah serem, nanti loe melahirkan di mobil gue ". Begitulah, kesetiaan teman-teman pun semakin menyurut dengan semakin tuanya usia kandungan saya.

Suami sudah mengambil paternity leave-nya sejak Sabtu lalu dan harus kembali ngantor Sabtu besok. Karin, yang menunda kepulangannya karena ingin menemani saya melahirkan (atau alasan lain, jangan2 saya GR) sudah akan pulang hari Minggu pagi. Jadi ada kemungkinan (besar), ketika akhirnya saya melahirkan, semua pihak sudah kembali ke aktivitas normal.

Kehamilan di sini dianggap normal hingga 42 weeks. Jadi saya masih ditunggu seminggu lagi dan setelah itu dokter sudah booking untuk induction tanggal 10 Oktober. Artinya, saya dipaksa untuk melahirkan hari itu karena bisa bahaya kalau ketuaan (misalnya, ketubannya gak sehat lagi). Semoga sebelum hari itu si baby sudah lahir, saya hanya bisa berdoa karena katanya dengan induction akan lebih sakit prosesnya.

Saya sudah melakukan anything yang katanya mempercepat kelahiran itu, juga suami saya, termasuk potong rambut setelah saya terus ngomel dengan rambutnya yang sedikit gondrong: "Kalau nggak potong rambut, nanti bayinya lahir gak boleh ikut foto, bikin jelek," ancam saya galak. Ia juga berhenti becanda menyiapkan nama-nama aneh bin ajaib untuk si bayi, misalnya Bambang Yudhoyono Susilo, kalau lahir laki-laki. "Bayinya jadi gak mau lahir karena ia pikir ayah mau kasih nama sembarangan," protes saya lagi.

Kemarin saya seharian jalan-jalan ke Bluewater dan hari ini berencana nonton film Wimbledon berdua Karin. Still, there is no sign the baby akan lahir hari ini. "Ayah sudah potong rambut, dah gak bikin nama lucu dan udah ngajak jalan-jalan, sekarang maunya apa lagi" kata suami saya tidak lagi mau disalahkan.

Kirana begitu tidak sabarnya sampai menunjukan tanda-tanda kekejaman. "Mummy, can you ask the dokter to makes the baby comes quick?". Beberapa hari kemudian tanya lagi: "Mummy, shall I use a knife to open your tummy?" haaaa!!! Dan kemarin ditanya Karin, kenapa baby-nya gak juga lahir, dengan santainya ia jawab: "Because we don't have a knife."

Telpon masih terus berdering, dan sebelum si penelpon membuka pertanyaan, saya sudah siap dengan jawaban: "Beluuuuum!!!!". Sambil terus memastikan bahwa pisau ada di tempat yang jauh dari jangkauan Kirana.