Wednesday, April 28, 2004

Mirip Siapa?
(Warning: Tulisan ini tidak menerima komentar dalam bentuk protes!)

Hampir semua yang pernah bertemu Kirana pasti berkesimpulan mirip mummy-nya. Padahal saya ketika seumur Kirana sama sekali berwajah berbeda dengan Kirana sekarang.
Tapi bagaimana pun saya menjelaskan ketidakmiripan saya, fakta yang ada (setidaknya bagi mereka) Kirana mirip saya yang sekarang. Dan tentu saja saya susah membuktikan rupa saya ketika seumuran Kirana. Foto saya kecil? Di kampung Purbalingga sana.

Jadi, Kirana 3,5 tahun mirip saya ketika usia menjelang 30 tahun. Nah, jangan-jangan kalau nanti Kirana berumur 30 tahun, ia akan mirip saya di usia 55 tahun. Tua banget dong!

"Asal lihat Kirana, pasti langsung tahu yang mana ibunya," kata teman saya di satu acara kumpul-kumpul. Dan itu hanya salah satu komentar, dari yang selalu kami terima. Bahkan, untuk yang rutin ketemu Kirana dan saya bahkan menyimpulkan bahwa semakin lama, Kirana semakin mirip mummy-nya.

Tidak hanya teman yang berkesimpulan begitu. Beberapa hari lalu, delivery man dari John Lewis, yang mengantarkan barang juga berkesimpulan tidak beda. Katanya, Kirana serupa benar dengan mummy-nya. "Really?" jawab saya pura-pura takjub, padahal kesimpulan itu sudah saya dengar (mungkin) ratusan kali.

Sebaliknya, suami saya selalu kesal karena dibilang orang (terutama teman-teman dekatnya) bahwa Kirana sama sekali tidak mirip dengannya. "Kok bisa, anakmu cantik sih"! hahaha saya hanya tertawa senang sementara suami saya menggerutu. "Lihat dong ibunya", kata saya menambah kesal suami saya.
Tenda Biru di Belakang Rumah

Spring has come, dan cuaca sudah mulai cerah. Bahkan beberapa hari ini sudah mencapai 22 celcius, yang untuk ukuran London sudah panas.

Karena itu pula, sejak beberapa waktu lalu tenda biru kami pun sudah kembali dipasang. Tenda yang kami beli dua tahun lalu, dalam rangka camping dengan teman-teman Al Ikhlas, kini menjadi rumah kecil Kirana.

Semua mainannya saya ungsikan ke dalam tenda biru itu, dari mulai "dapur" kirana hingga boneka-bonekanya. Lumayan, mengurangi kesumpekan ruang tamu kami yang tidak seberapa besar itu. Kalau saja tiap hari London bercuaca seperti sekarang, all year around saya bisa menikmati leganya living room tanpa ada pemandangan menganggu mainan Kirana yang berserakan.

Pulang sekolah, Kirana akan ke rumahnya itu dan saya pun ikut bergabung. Dengan bekal koran atau buku dan setumpuk bantal, dan hanya perlu sesekali menimpali celotehan Kirana, berdua kami menikmati indahnya sinar matahari.

"What do you want mummy, tea or coffee?" kata Kirana berulang-ulang memaksa saya untuk bergerak dari kemalasan. Tapi kadang, karena asyiknya ia melupakan kehadiran saya, yang memberikan kesempatan saya untuk memejamkan mata beberapa saat.

"Mummy. Open your eyes! Wake up, please!Your dinner is ready."Mengantarkan saya kembali ke dunia nyata.

Ps. Konsekuensi yang harus saya bayar: berat badan saya naik beberapa kilo. Well, saya membela diri, ini karena kehamilan saya yang juga semakin membesar. Biarpun tiduran di tenda sepanjang siang tidak kalah berperan juga.

Wednesday, April 14, 2004

Ketika Nama SBY Lambungkan Suara Partai Demokrat di Washington dan London
(Jawa Pos edisi Rabu, 07 Apr 2004)

Idola Simpatisan Ibu, Dicari Mahasiswi
Kejutan! Partai Demokrat, setidaknya hingga tadi malam, menang di dua TPS elite luar negeri: Washington D.C. dan London. Berikut rekaman pencoblosan di dua TPS yang hasilnya melambungkan partai pengusung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai capres itu.

RAMADHAN POHAN, Washington & NURANI SUSILO, London

WAJAH Yan S. Wiramidjaja berseri-seri. Sesekali senyum mantan aktivitis mahasiswa era Orde Baru ini mengembang. Tanpa ditutupi, Yan mengakui mencoblos Partai Demokrat (PD) dan calon legislatifnya ketika berlangsung pemungutan suara di TPS Washington D.C.

Lucu juga sebenarnya. Sebab, Yan mengakui tidak tahu banyak program partai itu. Tapi, entah mengapa hatinya begitu mantap memilih PD. Ternyata, bukan Yan seorang di Washington D.C. ini yang memilih PD.

Berdasarkan hasil penghitungan suara di TPS Washington D.C. yang berakhir Senin tengah malam (Selasa siang WIB), PD memang berada di posisi teratas dengan 18,8 persen suara. Di posisi kedua Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 17,24 persen suara, disusul Partai Damai Sejahtera juga dengan 17,24 persen.

PDI Perjuangan, yang menang di TPS Washington D.C. pada pemilu 1999, kali ini meraih 14,05 persen. Berikutnya adalah Partai Amanat Nasional (PAN) dengan 7,69 persen, kemudian Partai Golkar dengan 7,16 persen, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan 5,03 persen.

Jumlah pemilih terdaftar di Washington D.C. sekitar 1.100 suara. Di ibu kota AS itu, perolehan jumlah suara itu sebenarnya belum final karena masih akan dilengkapi surat suara lewat pos, sekitar 424 suara. Semua surat suara pos itu, kata Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) Washington D.C. A. Helmi Lubis, bakal ditunggu dan dihitung 10 April ini.

Mayoritas WNI di AS memang tidak terdaftar sebagai pemilih dengan beberapa alasan. Ada yang bingung, apatis, maupun karena para parpol di pusat tidak ada yang mengangkat isu-isu terkait kepentingan warga. Banyak pula yang karena takut data mereka bakal diserahkan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) ke kedutaan atau konsulat-konsulat Indonesia, yang selanjutnya menyetorkan data itu ke pihak Imigrasi AS dan FBI.

Faktanya, kecurigaan seperti itu tidak beralasan. Namun, bagi para warga Indonesia yang statusnya di AS ini ilegal dan tidak punya izin kerja, persepsi dan ketakutan itu tetap dipelihara. Pilihannya, mereka tidak hadir di TPS.

Terlepas dari masalah teknis itu dan belum semua suara dihitung, fenomena melesatnya PD, apalagi sebagai partai baru, cukup membelalakkan mata publik di ibu kota AS ini.

"Kebanyakan orang di Amerika ini melihat figur pemimpinnya saja karena memang tidak banyak yang tahu program partai itu. Sejauh ini kita lihat di antara semua kandidat, SBY memang yang paling pantas. Dia kan belum pernah diberitakan terlibat kasus dan skandal korupsi," terang Yan.

Joe Wahyudi, juga pencoblos PD dan rela untuk begadang menanti hingga akhir penghitungan suara, juga tampak ceria. Meski, lelaki asal Surabaya ini tidak sependapat hasil yang dipetik PD itu sebagai kejutan. "Dari dulu kami ini memang sudah yakin bener. Ini sudah pas dan memang ini suara rakyat," jelasnya.

Di kalangan pemilih PD, SBY dipandang sebagai figur paling stabil, sejuk, santun, dan terbukti pengalamannya paling komplit ketimbang para kandidat lain. Rupa-rupanya SBY, yang cuma sebulan menyiapkan kampanye langsung untuk PD, terbukti efektif.

Para pencoblos PD di Washington D.C. selama ini begitu yakin pada pilihan tersebut. Tidak seperti aktivis partai lain yang agak terbuka mempengaruhi massa, simpatisan PD seperti Yan dan Joe menggalang dukungan diam-diam.

Begitulah yang terjadi. Simpatisan PD selama ini memang lebih banyak diam. Tak seperti perwakilan partai lain, tidak sebiji e-mail kampanye pun muncul di milis-milis WNI di ibu kota Paman Sam.

Tapi, ketika penghitungan suara dilakukan dan nama PD berulang-ulang memimpin, aplaus simpatisannya bergema. Perlu tahu, simpatisan PD itu didominasi ibu-ibu. Alhasil, Ruang Presiden KBRI, tempat pencoblosan sekaligus penghitungan suara, jadi riuh dengan teriakan puas para ibu di barisan kursi belakang.

Pada barisan kursi paling belakang itu juga terdapat Dubes Soemadi D.M. Brotodiningrat dan istri bersama DCM KBRI Harry Purwanto dan istri. Mereka tampak senyum-senyum menyaksikan melesatnya suara PD.

Kejutan lain hasil pencoblosan di TPS Washington D.C. ini adalah naiknya dua partai berkarakter primordial agama seperti PKS (Islam), dan PDS (Kristen). Keduanya memperoleh jumlah suara seimbang. Cuma, beda dengan PDS yang selama ini perwakilan maupun simpatisannya condong tidak tampil mencolok du muka publik, justru perwakilan PKS tergolong agresif.

Di berbagai milis komunitas Indonesia di AS, pengurus, kader, dan simpatisan PKS acapkali mengirimkan e-mail atau posting yang memperlihatkan apa dan bagaimana PKS itu. Dan, begitu dipastikan partainya ada di posisi kedua, dengan wajah gembira Wakil PKS Barokah Widodo langsung mengucap, "Alhamdulillah."

Beda dengan hasil di Washington D.C. di mana PD yang teratas, di TPS megapolitan New York urutan suara terbanyak adalah PDS. Baru kemudian masing-masing ada PD, PKS, lantas PDI-P dan PAN. Partai-partai lain meraup persentase suara kecil-kecil. PDS diramalkan juga akan meraih suara besar di TPS Los Angeles, yang hingga berita ini diturunkan tadi malam belum diketahui hasilnya.

Ternyata, tak hanya di Washington D.C. PD memimpin. Di TPS London, PD juga leading. Seperti persepsi banyak pemilih di ibu kota AS tersebut, di ibu kota Inggris pemilih PD juga lebih condong melihat sosok SBY.

Tak percaya? Inilah kejadian nyata saat pencoblosan. Monica, mahasiswi Indonesia di London, tampak bingung pada hari pencoblosan. "Mana sih partainya Pak SBY?" tanyanya sambil mengamati 24 gambar partai kontestan pemilu yang tertempel di dinding KBRI London.

Tanya lugu mahasiswi Program Master di London School of Economics (LSE) sebelum masuk ke bilik suara itu pun jadi bahan guyonan koran ini, beberapa staf KBRI London, dua wartawan media nasional, serta BBC di TPS London. "Lho, sudah mantap memilih, tetapi kok tidak tahu nama partainya ya?" Rata-rata begitu komentar mereka.

Pencoblosan usai. Tiba saat penghitungan suara. Begitu PD disebut dan disebut, beriringan dengan PKS, puluhan WNI pemilih tampak berteriak gembira. PD yang bernomor urut 9 itu pun mendapatkan suara terbanyak dari 285 suara pemilih langsung di TPS London.

PD memperoleh 65 suara. Sementara PKS, yang juga diramalkan banyak pihak di London akan memperoleh suara tinggi, di urutan kedua dengan 63 suara. Baru kemudian ada PDIP dengan 37 suara, PAN 35 suara, Golkar 23 suara, dan PDS dengan 22 suara.

Namun, hasil suara itu masih bersifat sementara karena hanya mencakup suara yang dicoblos langsung. Sedangkan sebagian besar surat suara dikirimkan melalui pos dan baru akan dihitung pada 12 hingga 16 April ini.

"Dari 1.361 daftar pemilih tetap untuk Inggris dan Irlandia, hanya 311 yang memilih langsung di TPS, sedangkan 1.050 mengirimkan suaranya melalui pos," terang Arief Muhammad dari KPPS London kepada koran ini.

Pegawai KBRI London ini juga menyatakan bahwa untuk suara yang dikirim melalui pos, paling lambat bercap pos empat hari setelah hari pemilihan (H+4 atau tanggal 9 April) dan ditunggu selambat-lambatnya H+10 (tanggal 14 April) telah sampai ke sekertariat PPLN di KBRI London.

Alasan sebagian besar pemilih di Inggris dan Irlandia untuk memilih suaranya melaluim pos adalah karena bertempat tinggal di luar kota london dan juga alasan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Namun, tidak semua pemilih dari luar kota memilih melalui pos, Riefqi Muna salah satunya.

Mahasiswa dari Defence Academy of UK yang bertempat tinggal di Swindon (2 jam bermobil ke London) memilih datang langsung ke TPS London di KBRI. "Saya memang sengaja ingin datang langsung ke KBRI, selain itu sekalian juga mengajak anak-anak jalan-jalan ke London," kata peneliti LIPI yang kemarin datang bersama istri dan dua anaknya.

Kegembiraan menghiasi wajah Tommy Firmansyah, Ketua PKS di Inggris, dengan lancarnya pelaksanaan pemilu tahun ini di Inggris. Kegembiraan Tommy, satu-satunya saksi di TPS London, juga bertambah lengkap dengan perolehan suara partainya. Berada di urutan kedua sementara dengan 63 suara itu memang masih kurang dari 250 suara yang ditargetkan partainya.

Namun, partai bernomor 16 itu tentu pantas berharap mendapatkan tambahan suara dari 1.050 pemilih melalui pos yang belum dihitung. Sebagai satu-satunya partai yang mempunyai perwakilan khusus di Inggris, tidak heran bila PKS juga paling aktif melakukan sosialisasi kepada pemilih di Inggris.

"Meskipun hambatan banyak seperti jarak pemilih yang tersebar di berbagai kota serta sulitnya mendapatkan alamat para pemilih itu, namun PKS telah melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan untuk mengenalkan program partai kepada para calon pemilih," kata bapak dua anak yang aktif berkomunikasi melalui e-mail dengan DPP PKS di Jakarta.

Hasil keseluruhan pemilihan TPS London yang hanya memilih anggota DPR Pusat itu akan dimasukkan dalam Daerah Pemilihan (Dapil) Jakarta II. Hasil suara lengkap diharapkan bisa diketahui pada 16 April karena batas akhir suara dari luar negeri paling lambat harus diterima KPU pada 19 April. (*)