Monday, December 20, 2004

PINDAH RUMAH

Rumah kecil ini sekarang pindah ke alamat baru di sini.
Please, keep visiting us.
Sorry for the inconvinience may cause.
Go Skating

Terletak di Strand, Central London, tepatnya di ujung Utara Waterloo Bridge, ada event yang selama bulan Desember hingga Januari dalam lima tahun terakhir menjadi the hottest ticket in town. Ice skating di Somerset House! Yang asyik dari ice rink di Somerset House ini karena berada di alam terbuka.

Sabtu lalu kami sekeluarga ke sana, niatnya mau skating tetapi kelupaan booking tiket dulu. Jadi, kami cukup menonton saja. Next time pergi lagi dan semoga tidak lupa booking tiket.

Selain Somerset House, ada tempat skating yang asyik juga, dan baru di buka minggu ini untuk pertama kalinya. Tempatnya tidak jauh dari Somerset House.

Tidak jauh! Dari Somerset House, jalan 10 menit ke Stasiun Waterloo International dan naik kereta Uerostar ke Paris. Kurang dari tiga jam dan dompet berkurang minimal 59 poundsterling, sampailah ke tempat skating yang dijamin mengalahkan Somerset House: Ice skating di Eiffel Tower!

Ice rink dengan ketebalan 15 cm ini dibangun dari 30 ton air, 5000m pipa pendingin dan 100 special multi-color lampu LED, bahkan juga dipasang mesin yang membuat tempat skating ini beraroma "vanilla and pine". Dengan biaya total 150 ribu Euro, jadilah "first floor" Eiffel Tower menjadi tempat skating yang sanggup menampung 80 orang.

Yang tentu lebih spektakuler dari skating di Eiffel tentu saja pemandangannya. Dan bagusnya lagi, skating di ketinggian 57 meter diatas tanah ini juga lebih murah dibanding di Somerset House. Bahkan bisa juga dikatakan free alias gratis, karena hanya hanya perlu membayar tiket naik ke Eiffel Tower seharga 4 Euro.

Tentu saja, antrinya sangat panjang (antrian pengunjung Eiffel Tower yang memang selalu panjang+ yang ingin ice skating). Tetapi kalau mau tidak antri juga bisa: naik tangga 400 undakan!

Pesan yang perlu di ingat bagi yang skating untuk ber-romantis-ria adalah there is nothing sexy or romantic about being humiliated by children. Jadi asah dulu kemampuan skating, baru bisa berkata: ooh la la! Tres sexy!

Beruntunglah saya dan suami, dengan mengajak Kirana, kami akan bisa berdalih mengajarinya skating. Sering-sering pegangan atau bahkan jatuh ada "baa baa black sheep"-nya. Kalau Padahal sih....
How to...be smug
warning: this article contains smug people!


People who are smug suffer from a superiority complex. Smugness is the conviction that you're just a little bit better than other people. This would be arrogance if it wasn't also mixed with a pinch of humility. Smug people know they're better, and the fact that they're also humble about it makes them even better still. No wonder they've got that annoying smile.

Smug people have a way of looking down on you even when they're considerably shorter. Certain clothes are an outward and visible sign of an inward and invisible smugness. For example, polo-neck jumpers are virtually the uniform of the smug. It's a way of saying to people, "I'm rather cosy."

Lots of things lead to smugness. A house that has gained more value than your annual salary gives you big smug points. A famous child allows you to retire in a fog of smugness. Being well insured allows smugness to break out even at moments of extreme crisis, especially for other people.

You don't have to be rich to be smug, but it does allow you to communicate your superiority in more obvious ways. Smug rich people are the proverbial Joneses up with whom insecure people think they must keep. Moral superiority also makes for industrial-strength smugness. It's a way of saying that you already have reserved seating for the next life, and probably quite close to the front.

In company, smug people always give the impression that they're hugging themselves or giving themselves a squeeze in a pleasurable area. It's a lovely irony that the smug are notoriously rubbish in bed. When your starting point is complete self-satisfaction, there's no motivation for further satisfying yourself, or anyone else.

Smugness, like ragwort, is incredibly difficult to get rid of once it's taken root. The hot bath of achievement may have long disappeared down the plug hole of life, but the scum line of smugness will last until it's scoured off by the Brillo of ridicule.

In conversation smugness comes out in two ways: you can be rather patronising about other people to show how comfortable you are; or you can be incredibly solicitous of other people, which is a subtle way of highlighting how uncomfortable they are. (di kutip dari Guy Browning, How To...serialisasi the Guardian

and that smile...

Unfortunetly, saya kenal (or bertemu) beberapa orang yang masuk dalam kategori di atas.Dan "That annoying smile" lah yang paling saya sebel. Smile is suppose to be nice, isnt it?

Beberapa hari lalu peristiwa berhubungan dengan per-smug-an terjadi dengan saya. Suatu pagi, pulang dari drive around, saya tiba-tiba berinisiatif memarkir mobil di allocated parking milik kami instead of di pinggir jalan sebelah rumah.

Ternyata tidak segampang yang saya kira --apalagi saya berusaha parkir mundur pula--karena melibatkan mobil lain yang telah berjajar rapi di sebelah spot yang saya incar. Setelah beberapa saat, putar sana-sini, maju-mundur, dan manouver lain yang tampaknya justru semakin membahayakan mobil lain, saya menyerah.

Tepat ketika saya memutuskan menyerah, tetangga saya keluar dari rumahnya. Dengan modal "toleransi sesama tetangga" saya minta tolong dia (laki-laki) untuk membantu saya memparkirkan mobil saya. And then, "that annoying smile" (yang saya baca typical woman, ngak bisa parkir) pun muncul dari wajahnya. Dan saya hanya bisa menyesali dan mengutuk diri sendiri: kenapa minta tolong in the first place, sambil tersenyum yang (I assure you) bukan berkategori smug.

Tapi ternyata, begitu masuk ke mobil saya, dia buru-buru keluar lagi dan bertanya(saya pikir saya salah dengar)," How to switch on your car?" Saya tiba-tiba serasa kejatuhan bulan, mendapatakan senjata untuk membalas his -"that smile" yang tidak lagi ada bekasnya ketika keluar dari mobil.

"Sorry, I've never driven an automatic before", katanya berusaha mencari excuse dan dengan desperate-nya menunjuk mobilnya, "that's my car" (sekali smug tetap smug, for sure). Aha! Dan saya pun dengan tulus hati membalasan "that smug smile" dengan sebuah senyuman (yang bisa ia baca = saya memang tidak bisa parkir dengan canggih, but at least saya tahu how to switch on the car).

Sayang sekali, tukar menukar senyuman itu tidak ada fotonya.

Saturday, December 18, 2004

ya gendong, ya dorong

1.Posisi ideal: Alisha tidur di pushchair, kirana jalan












2.Mulai capai, membonceng pushchair adiknya, tambahan beban bagi yang dorong












3.Kurang nyaman, menggusur Alisha, pushcair diubah posisi duduk












4.Tidak ideal sama sekali, ya gendong ya dorong












Saya sering ditanya teman-teman : "Senangnya kamu Ran, begitu melahirkan bisa cepat kurus lagi. Apa rahasianya?". Saya selalu bingung menjawabnya.
Ketika saya melihat foto-foto pulang dari jalan-jalan tadi siang, kayaknya saya menemukan salah satu jawabanya.
Saya akan balik bertanya ke mereka, "Masih ingin cepat kurus?"

Friday, December 17, 2004

Last week winner is ..
by Ayah

Seumur-umur baru sekarang saya menang kuis. Dulu sempat menjadi 'pegiat' kuis, mulai dari sayembara Indomie, Pepsodent, sampai ketoprak sayembara. Kegagalan menjadi pemenang membuat saya 'frustrasi' dan akhirnya kegiatan sampingan itu mati sama sekali.

Sampai kemudian dua pekan silam ketika rekan di kantor tiba-tiba menunjuk halaman terakhir suplemen olahraga koran The Guardian. "Tahu nggak di mana pertandingan bola ini berlangsung?" katanya sambil menunjuk sebuah foto hitam putih.

Pada foto itu terlihat satu sisi stadion yang dipenuhi penonton. Mereka tidak sedang duduk di kursi tribun, namun di atas papan skor. Di papan skor ini tertulis : East Timor 0 - Indonesia 0. Di bawah foto ini tertulis : di stadion mana terdapat papan skor interaktif seperti ini?

Saya pikir pertandingan tersebut kemungkinan besar di Timor Timur. Namun di mana tepatnya, saya tidak tahu.

Dua hari kemudian saya kerja malam. Ketika sedang mempersiapkan transmisi, saya mendapati artikel tentang pertandingan ujicoba antara timnas Indonesia dan Timor Timur di Stadion Municipa Dili.

Saya langsung teringat dengan kuis bola The Guardian. Saya tengok jam menunjukkan pukul 23.50. Itu artinya batas waktu pengiriman tinggal 10 menit lagi. Saya ketik : Estadio Municipal, Dili, East Timor, dan saya tekan tombol enter.

Sepekan kemudian, ketika rapat sore akan dimulai, di meja di dekat tempat saya duduk tergeletak The Guardian. Saya cari suplemen olahraga dan langsung saya buka halaman terakhir.

Di situ tertulis : Last week : Dili Stadium, won by Moh Susilo... (and that's me).
Apple Store dan militan Inggris
by Ayah

Orang-orang Inggris dikenal terobsesi (atau militan, kata istri saya) dengan antri. Apa saja antri, dari antri tiket, sampai antri peluncuran buku. Makanya saya tidak begitu heran ketika pada suatu petang di akhir November lalu, saya menonton berita tentang ratusan orang antri di depan toko Apple di hari pembukaan 'The first Apple store in Europe' itu.

Mereka mengantri tidak hanya setengah jam atau dua tiga jam tetapi semalaman. Padahal di awal musim dingin seperti ini, suhu bisa menjadi 1 derajat atau bahkan nol derajat di malam hari. Mereka rela tidur di luar toko untuk menjadi the very first bunch of customers, yang melintas pintu toko di hari pembukaanya.

"Kok mereka mau 'menderita' seperti itu ya," guman saya. Pikiran saya langsung membayangkan dingin menusuk tulang yang berlangsung semalaman. Istri saya yang kebetulan mendengar langsung menjawab. "Tahu sendirilah orang sini. Mereka itu jenis orang yang dengan bangga mengatakan (ke teman hingga anak cucu mereka kelak): saya dulu hadir di pembukaan toko Apple".

History in the making, istilahnya . Itu sebabnya ribuan orang akan mengantri bila suatu event penting berlangsung. "I was there" adalah kebanggaan tinggi bagi orang Inggris.

Namun untuk satu ini ada alasan lain . Apple ini mempunyai banyak pengikut dan pengguna yang sangat fanatik. Bagi mereka, produk Apple entah itu iMac, eMac, iBook, atau Powerbook, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Dan bagi mereka itu, datang ke setiap pembukaan toko perusahaan Steve Jobs ini hukumnya wajib. Sambil mengantri semalaman, mereka biasanya membawa Powerbook atau iBook atau iPod mereka. Selain makanan dan sleeping bag tentu saja.

Belakangan saya tahu selain alasan 'ingin menjadi bagian dari sejarah'dan kesetiaan mereka dengan apple, juga karena ada reward dari mengantri semalaman di suhu yang sangat dingin: Goody bags.

Sudah menjadi tradisi Apple untuk memberikan goody bags kepada 300 pembeli pertama di toko mereka. Di dalam goody bags terdapat pernik atau produk Apple. Mulai yang berharga murah sampai barang dambaan banyak orang : iPod.

Nah, sepertinya iPod inilah yang menjadi sasaran utama. "Saya datang ke sini memang untuk mendapatkan iPod gratis. Siapa tahu beruntung seperti teman saya yang mengantri di pembukaan toko di San Fransisco," kata seorang gadis kepada BBC.

Sejauh ini, berdasar pantauan dari media di Inggris, sepertinya tidak ada yang mendapat iPod. Atau mungkin saja mereka yang beruntung tidak mau ngomong. Beberapa orang yang ditemui BBC mengatakan mereka hanya mendapat mouse, keyboard, dan airport express.

"Meski begitu saya tetap senang bisa datang ke pembukaan toko Apple ini," katanya masih kepada BBC. Mungkin karena ia datang juga karena dua alasan lain itu.

Rasa ingin tahu membuat saya datang ke toko Apple itu beberapa hari lalu. Toko yang terletak di Oxford Circus itu ternyata penuh sesak. Antrian di kasir berkelok-kelok seperti ular. Kepada salah seorang staf toko saya menanyakan apakah toko Apple selalu ramai setiap hari.

"Seperti inilah keadaannya. Toko selalu penuh sejak dibuka," katanya sambil tersenyum. Tadinya saya mengira toko penuh sesak pengunjung karena hari itu kebetulan hari Sabtu.

Salah satu daya tariknya saya kira toko ini tidak seperti toko elektronik lain. Pertama, mereka memajang produk mereka mulai dari iBook sampai iPod dalam posisi on dan pengunjung bisa bermain dengan produk ini sepuasnya. Sementara di toko lain, untuk menjajal sebuah produk harus minta bantuan staf toko karena biasanya produk tersebut diberi password.

Kedua, di lantai dua toko ini terdapat ruang besar untuk workshop gratis. Ketiga, masih di lantai dua terdapat bar, yang diberi nama Genius Bar. Nah, keunggulan bar ini, semua staf bisa berbicara dengan fasih tentang semua produk Apple.

Tidak hanya itu. Manajer toko mengatakan," Staf-staf kami bisa melayani 24 bahasa. Termasuk Windows". Luar biasa!

Melihat respon di London itu, Apple berencana membuka toko lain di Inggris, yaitu di Birmingham dan Bluewater di Kent pinggiran london. Tempat yang terakhir ini tidak jauh dari rumah saya. Sekitar 20 menit dengan bermobil.

Sepertinya saya tidak akan membuang momen pembukaan itu dengan percuma. Alasan yang mendorong saya: bukan yang berhubungan dengan sejarah. You know what I mean.

Wednesday, December 08, 2004

my happy days

Seorang teman, bertanya : "Kamu ngapain aja kalau di rumah seharian, setelah nggak kerja lagi?". Ia bertanya karena dia pikir saya punya waktu luang seharian. Bahkan ada yang mengatakan ke suami kalau ia membunuh karier saya, dengan membiarkan saya tidak bekerja. I was speechless, and still am.

Hari saya di mulai pk 6 am -- masih gelap karena di awal musim dingin ini kegelapan belum berakhir sebelum pk 8 am (or tidak pernah berakhir, yep the old british weather) -- waktunya Alisha bangun. Susu. Main-main sebentar. Saya kembalikan lagi ke cot-nya.

Saya turun, ke dapur, masak untuk hari ini, juga untuk lunch box suami ke kantor. Sambil beres-beres ruang tamu, memasukkan cucian ke mesin cuci, merapikan pakaian yang sudah kering dan mengecek email/membaca sekilas koran Indonesia/Inggris. khususnya liga Inggris, men-save artikel-artikel yang menarik untuk bahan tulisan.

Satu jam setelah Alisha terdengar panggilan kedua: Kirana bangun. Kasih sarapan Kirana, sambil meneruskan di dapur. Suami akan meng-handle Alisha dan Kirana sebentar, sambil saya buru-buru menyelesaikan di dapur. Urusan dapur& lunch box beres.

Saya ke atas, menyiapkan sekolah Kirana, ganti baju, sikat gigi dll. kemudian mengambil alih Alisha dari suami. Alisha di lap, dan diganti baju. Suami mandi dan siap-siap ke kantor. Saya ganti baju,cuci muka, sikat gigi. Menyiapin perlengkapan Alisha, jaket dan sepatu Kirana.

pk 8.30, bareng Alisha mengantar Kirana ke sekolah. Suami berangkat ke kantor.Dari sekolah Kirana langsung ke supermarket, belanja. Pulang ke rumah.

pk 11. berangkat lagi bareng Alisha jemput Kirana. Sampai rumah jam 11.30, menyiapkan makan siang Kirana.

pk 12- menemani kirana painting, drawing, singing, dancing, yelling, shouting,tea time party, dressing up dan nonton TV, sambil diselingin vacuum rumah, membereskan cucian, kasih susu Alisha, menggendong Alisha, menulis, sampah dan urusan rumah yang lain.

pk 16. memandikan Kirana, seling-seling satu hari shower besoknya mandi berendam di bath tub (or swimming, istilah kirana), memandikan Alisha. Tidy up time: mainan, cat, kertas-kertas, colouring pen, dan segala yang tumpah ruah di living room sisa-sisa drawing, painting, dressing up, tea party, dancing dll itu.

pk 17. Ngaji time, "memaksa" kirana menghapal surat-surat pendek dan doa sehari-hari.Targetnya 1 hari 1 ayat. Sambil menidurkan Alisha.

pk 18. Makan malam Kirana dan setelahnya story time.

pk 19 Kirana tidur.

Makan, mandi, ngaji, story time, tidur, itu tidak lah selancar jadwalnya, selalu melibatkan yelling, shouting, screaming dan crying.

Ketika suami pulang, pk 20, ia akan mendapati saya ditonton TV. Yeap! niatnya meluruskan kaki sambil ngupi dan menonton TV, menunggu suami. Tapi karena terlalu capai saya selalu ketiduran dan TV lah yang menonton saya.

Saya pindah ke kamar, dan tepat ketika saya akan tertidur, Alisha bangun minta susu. Dan terus berulang tiap 2-3 jam.

Tetapi kadang-kadang anak-anak begitu baik (meaning: all activities lancar tidak terlalu banyak yelling, screaming, shouting, crying) sehingga saya masih melek ketika suami pulang kantor. Beberapa hari dalam seminggu suami juga kerja malam artinya dia bisa antar jemput kirana dan bantu-bantu di siang hari.

Saya juga bisa bertanya balik, kalau ibunya kerja (ke kantor), siapa yang melakukan semua di atas? Tidak bekerja adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat. I will never forgive my self if I missed my girls childhood.

Dan buat teman saya itu (dan teman-teman lain yang pernah menanyakan hal ini ke saya atau suami saya) ... I rest my case.

Sunday, December 05, 2004

Every little (or big) helps

Dua minggu lalu Alisha harus menginap dua hari di rumah sakit . Alhamdulillah tidak ada sesuatu yang serius. Tapi pengalaman saya ini membuat saya semakin tidak mengerti kepada orang-orang Inggris yang selalu mengecam pemerintah dan NHS-nya (national health service).

Semua bermula ketika GP (sebutan untuk dokter umum di sini, singkatan dari general practisioner) Alisha yang saya datangi dengan prasangka baik -- cuma batuk, pikir saya --langsung mengirimnya ke hospital.
"She doesn't look well, does she?" katanya begitu melihat Alisha dan langsung membuat saya panik, jantung berdegup keras dan berlanjut dengan tetesan air mata. "I'm Sorry, I can't make this any easier for you," katanya ramah sambil terus menenangkan saya.

Nenurut Dr Arjana, saya tidak perlu cemas, yet. Karena mengirim Alisha ke hospital bukan berarti sakitnya parah. Tapi karena prosedur yang harus dijalani untuk baby under 3 months (Alisha saat itu baru 7 minggu) kalau sakit. Untuk make sure kalau treatment yang akan diberikan ke Alisha tepat, jadi tidak bisa dilakukan oleh GP.

Di Queen Elizabeth Hospital, Alisha masuk ke bagian anak-anak A&E (Accident & Emergency atau sering disebut casualty). Kembali keramahan dan kata-kata yang menenangkan saya terima. Bertambah tenang lagi ketika dokter anak yang menangani Alisha adalah seorang perempuan muda cantik, baik, ramah dan berjilbab. Subhanallah!

Menurut dia (karena panik saya tidak dengar ketika ia menyebut namanya apalagi sempat untuk membaca nama di jas-nya), yang menjadi perhatiannya saat itu "hanya" Alisha menolak minum susu sejak jam 10 pagi (saat itu pk 18), jenis batuknya dan apa yang meyebabkan badannya panas.

Karena untuk tahu jawabannya perlu tes lebih lanjut, maka ia meminta Alisha untuk menginap di hospital. Sayang, keramahan dan senyum manis dokter anak itu tidak bisa menghilangkan panik yang saya alami. Bagaimana tidak, dari "iseng" bawa Alisha ke GP, berlanjut dikirim ke hospital dan sekarang diharuskan untuk menginap.

Kemudian kami dipindahkan ke ward anak-anak yang penampilannya tidak berbeda banyak dengan nursery Kirana. "wow..wow..look mummy!" Kirana tunjuk sana-sini terkagum-kagum, dan mungkin lupa kalau masih di hopital.

Setelah disiapkan semuanya oleh nurse yang juga ramah dan banyak senyum, termasuk menyiapkan tempat tidur untuk saya di sebelah cot Alisha, datang lagi dokter anak yang lain. Dia menerangkan apa yang terjadi dan apa yang akan dilakukan tim dokter dan apa yang mungkin akan terjadi pada Alisha.

Dokter, katanya, akan mencari tahu sebab batuknya, apa itu bronchitis, whooping cough atau yang lain, serta mencari tahu sumber panas tubuhnya. Karena itu akan dilakukan beberapa tes ke Alisha, "which is not painfull at all," katanya menambahkan, mungkin karena melihat wajah horror saya.

Katanya juga, kalau hasil tes Alisha bronchitis (yang ternyata mewabah at this time every year), maka Alisha akan bertambah parah dalam 4 hari dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari. Dokter tidak akan melakukan apa-apa selama hari-hari itu, hanya memantau saja.

"Kalau Alisha kurang cairan akan dikasih infus, kalau dia sesak nafas dan kurang oksigen kita akan kasih dia tabung oksigen". Just it, karena terlalu kecil untuk dikasih obat. Alisha dipasang alat di kakinya untuk memantau kadar oksigen dan jetak jantungnya dan terus dicoba diberi susu.

Tentang susu, nurse yang lain datang setelah dokter itu pergi, setelah mengenalkan diri, "My name..(lupa) and I will look after you and Alisha today", ia bertanya, Alisha minum susu merk apa, dan berapa banyaknya. Beberapa menit kemudian dia datang dengan sebotol susu hangat dan masih menawarkan ke saya untuk memilih beberapa jenis teat, yang masih tertutup rapi dengan bertuliskan ready to use. Menjawab kekhawatiran di kepala saya yang hanya membawa botol satu berisi sisa susu dari pagi.

Kirana pulang dibawa teman saya ke rumahnya dan dua jam kemudian suami datang, pulang kantor dan mampir ke rumah sebentar menyiapkan baju kirana dan saya.

Alhamdulillah hasil tes Alisha negatif untuk jenis batuk tsb di atas, panas badanya juga bukan karena sebab lain , dan ia pun kembali mau minum susu yang artinya ia tidak sempat dehidrasi.

Dua malam, Alisha dan saya (Suami dan Kirana di siang hari) tinggal di hospital, yang tidak mirip dengan hopital karena fasilitasnya "menutupi" suasana hospital. Ada "sekolah", sebuah ruang penuh dengan mainan dan juga guru untuk anak-anak, ada parent kitchen yang lengkap microvave,kettle,kulkas, kopi, susu, cereal, dll, ada parent lounge, disco room untuk anak yang lebih besar. Ditemani para dokter dan nurse yang luar biasa baik, "if you need a quite room for you to pray, we can arrange that," katanya ketika tahu saya muslim.

Di hari kedua, setelah diperiksa oleh dokter anak ia membolehkan Alisha untuk pulang."If there was a worry at home, you can always come back, anytime. In 24 hours we keep this room for Alisha, Just call us and come, you don't need to go to casualty first.

Kami tidak menyalahkan ketika Kirana tidak mau pulang. "I don't want to go home, I like to stay at the hospital," tangisnya ketika kami pulang.

Dan untuk semua itu, saya hanya membayarnya dengan senyuman dan kata thank you. Itu pun bukan permintaan mereka. "Bye", kata Kirana. "We will miss you Kirana," kata salah satu nurse yang biasa menemaninya di ruang sekolah itu.

Pengalaman saya di hospital itu yang membuat saya heran saya kepada orang-orang Inggris yang selalu mengecam NHS (kalau mau treatment harus antri, bikin appointment perlu waktu dll). Mungkin karena tidak tahu bagaimana beruntungnya mereka ketika keputusan jenis treatment dan obat tidak didasarkan/berhubungan dengan uang.

Berobat gratis, melahirkan gratis, obat gratis, perawatan RS gratis. Ibu saya (yang harus menghubungi temannya yg dokter untuk bisa yakin bahwa operasi caesar kakak saya memang diperlukan) dan bapak (yang selalu bertambah bebannya ketika anak-anaknya sakit) hanya bisa bermimpi untuk mendapatkannya. Bagi orang tua, punya anak sakit adalah kekhawatiran yang luar biasa (I've never been so worried in my life), tanpa harus memikirkan urusan administrasi dan uang. So, thank you NHS untuk tidak menambah beban pikiran saya.

*Every little helps, adalah slogan Tesco, the biggest supermarket di Inggris.

Sunday, November 21, 2004

Selamat Idul Fitri
mohon maaf lahir batin


Susilo, Nurani, Kirana & Alisha



lokasi: halaman depan Wisma Nusantara (rumah dinas dubes RI di london)
Bishop Grove,The Bishop Avenue, North London
ketika acara halal bihalal&perpisahan Dubes/Menhan Juwono Sudarsono
Minggu, 15 November 2004

Alisha di Hari Lebaran Pertamanya

foto taken on saturday,14 november 2004




cerita lebaran:
Panik..Panik..dan Panik Lagi

Setiap tahun, Mbak Tatiek mengadakan Open House di rumahnya di East Putney. Mbak Tatiek ini adalah bagaikan ibu bagi kami. Kami, warga muslim Indonesia di London, yang setiap dua minggu sekali berkumpul mengaji di Al Ikhlas, yang menempati sebuah rumah di Southfield, yang adalah juga hibah dari Mbak Tatiek.

Tapi tahun ini Ibu kami itu pulang berlebaran ke Indonesia. Meninggalkan kepanikah anak-anaknya. "Kita nanti nongkrong dimana kalau lebaran," kata Diana.

Dengan alasan punya bayi (tidak mungkin repot memasak dll) maka saya dan beberapa teman yang juga punya anak-anak kecil berhasil "memaksa" Kang Asep untuk Open House. Alias bersedia menampung kami-kami ini yang sepertinya akan bernasib bak ayam kehilangan induknya di hari lebaran.

Teh Titin (Mrs Asep) mewanti-wanti: "Tolong disampaikan di undangan, bukan kami yg open house tapi hanya ketempatan saja." Pesan kedua: "Aku nggak sanggup masak banyak, jadi kalian-kalian juga bawa masakan sendiri-sendiri".

So,hari-hari terakhir puasa saya sibuk telpon sana-sini dan mendapat telpon balik dari sana-sini untuk mengkordinasikan siapa bawa apa, berapa banyaknya dan sebagainya. Suami yang diam-diam memantau dan mendengarkan percakapan di telpon, bertanya dengan manisnya,"Mummy sendiri mau masak apa?"

D'oh!!!Terbongkarlah rencana rapi saya untuk tidak masak di hari Lebaran. Saya yang tadinya bersuka cita dengan antusias teman-teman untuk membawa masakan-- artinya saya tampaknya tidak perlu memasak, karena semua jenis makanan lebaran sudah ada yang bersedia membawa -- menjadi tidak enak sendiri. "Nanti Mummy masak yang belum ada," elak saya.

Everything berjalan lancar, sampai Jumat sore, ketika Mbak Luluk telpon. "Rani, udah tahu belum lebarannya besok, nggak jadi minggu?". "Besooook?" Kembali saya telpon ke sana ke mari, menyebar kepanikan dan kemudian bersama-sama panik. "Aku baru pulang belanja," teriak Teh Titin di ujung telpon.

Setelah gelombang panik mereda dan berganti dengan ketawa-ketiwi akhirnya diputuskan acara di Kang Asep tetap di hari dan jam yang sama (Minggu usai acara Halal Bihalal KBRI yang juga tetap diadakan di hari Minggu) yang berarti menjadi lebaran hari kedua. "Tapi besok pulang sholat Ied kita mau kemana?" kata beberapa teman kembali kepada kepanikan awal.

Untung lah ada Open House di keluarga Bang Asyari yang dalam undangannya jelas-jelas di tulis: Mulai pk 15.00 di hari pertama lebaran. Horee!! Tetap ada makan-makan dan kumpul-kumpul.

Begitulah, kami sekeluarga dan teman-teman Al Ikhlas sukses menjalani hari Lebaran tahun ini. Dan saya pribadi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kelancaran dan kesuksesan acara Silaturahmi Al Ikhlas di kediaman Kang Asep Setiawan/Teh Titin tersebut.
The Big Sister



Wednesday, November 03, 2004

Alisha Nadia : Satu Bulan

Photos taken on 3 November 2004


(Jawa Pos, Rabu 03 Nov 2004)
Ramadan di Inggris (3-Habis)

Ketika Ustadz dan Jamaah berada di Negara Berbeda

Nurani Susilo, London

PUKUL 06.15 GMT, keluarga Asep Setiawan baru selesai melaksanakan salat Subuh. Ketiga anak mereka -Isti, 14; Hanif, 12, dan Zaka, 8, yang bangun sejak pukul 05.00 GMT untuk makan sahur kembali meneruskan tidur.

Sementara Asep beserta istri dan bapak-ibu mertua yang tengah berkunjung, melanjutkan ritual sahur mereka. Masih dengan sarung dan mukena, mereka kemudian duduk bersila di depan komputer. Apa yang dilakukan keluarga yang tinggal di Dagenham, Essex, di ujung timur London ini?

Tentu saja mereka bukan chatting, melainkan mendengarkan ceramah Ramadan melalui yahoo messenger. Pagi itu, yang memberikan ceramah adalah Ustad Ahmad Yani yang berada di Belanda atas undangan pelajar dan keluarga muslim Indonesia di Negeri Kincir Angin tersebut.

Beberapa kali Asep bangkit dari duduknya di karpet dan mengetik di komputer. Mengirim pesan, juga melalui yahoo messenger,adalah cara para jamaah virtual itu mengajukan pertanyaan kepada sang Ustad. Pertanyaan itu kemudian dijawab ketika materi ceramah, yang pagi itu membahas porsi ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

"Alhamdulillah, kita telah menyelesaikan materi untuk pagi ini. Isya Allah besok pagi pada jam yang sama kita bisa bertemu lagi. Dan semoga jamaahnya bisa bertambah," begitu Ustad Ahmad Yani menutup ceramahnya.

Mendengarkan -atau kadang wajah pembicara tampil di komputer jika kebetulan menggunakan web cam- ceramah melalui internet adalah cara yang sering dilakukan muslim Indonesia di Eropa. Dan, sesama muslim Indonesia di kota-kota di Eropa itu saling berhubungan untuk mengaji bersama, dengan penyelenggara yang bergantian.

Pagi itu Ustad Ahmad Yani bisa tampil di seluruh layar komputer muslim Indonesia di Eropa atas kerja yang dilakukan pelajar Islam Indonesia di Belanda. "Beberapa hari lalu Ustad Anis Matta berceramah melalui cara yang sama dengan penyelenggara pelajar Indonesia di Jerman," kata Asep.

"Apakah Ustad Anis Matta tengah berada di Jerman?" saya bertanya kepada produser BBC London ini. "Oh, tidak, Ustad Anis Matta berada di Indonesia, tapi yang mengatur teman-teman dari Jerman," papar Asep.

Begitulah, penggunaan teknologi internet dilakukan muslim-muslim Indonesia di Inggris dan di negara Eropa lain untuk mengaji bersama selama Ramadan. Ustad boleh berada di mana saja dan jamaahnya juga tersebar di beberapa negara. Tetapi, setiap selesai subuh, semua berkumpul di rumah masing-masing untuk mendengarkan ceramah yang sama melalui internet.

Setiap Sabtu siang, Asep dan istrinya, Titin, juga menghadiri pengajian lain. Namun, pengajian ini mengharuskan mereka datang ke sebuah rumah di Southfield, dekat kompleks tenis Wimbledon di London Barat. Di kelompok pengajian ini untuk tahun ini Asep menjabat ketua. Kelompok tersebut sebagai tempat berkumpul warga muslim Indonesia di London dan sekitarnya.

Para pelajar Indonesia di London dan warga Indonesia yang bermukim di Inggris lainnya datang selepas asar untuk bertadarus Alquran, berbuka puasa, mendengarkan ceramah, dan salat tarawih bersama. Ceramah Ramadan biasanya disampaikan oleh para pelajar di London dan kota-kota lain di Inggris yang kebetulan juga seorang ustad.

Namun, ada kalanya pengajian yang bernama Al Ikhlas ini mendatangkan ustad dari Indonesia. Biasanya, Al Ikhlas bekerja sama dengan pengajian lokal di kota lain di Inggris, seperti Manchester, Birmingham, dan Sheffield, tempat banyak pelajar atau warga Indonesia tinggal. Selama di Inggris, ustad tersebut akan berkeliling ke setiap pengajian lokal itu yang biasanya mengadakan pengajian rutin setiap Minggu atau dua minggu sekali.

"Sejak beberapa tahun terakhir, Al Ikhlas juga dipercaya mengelola pengajian Ramadan setiap Minggu di KBRI London," kata Asep. Termasuk di dalamnya pengajian khusus untuk anak-anak dan remaja yang dilakukan selepas salat asar.

Pengajian anak-anak dan remaja ini dikelola oleh ibu-ibu yang tergabung dalam tim Alief. Mereka adalah guru sekolah anak-anak Alief, yang di luar Ramadan diadakan dua minggu sekali bersamaan waktu dan tempatnya dengan pengajian Al Ikhlas.

Pengadaan makanan berbuka puasa dan acara pengajian di luar Ramadan ditangani ibu-ibu pengajian yang dibagi per kelompok. Setiap kelompok mendapat giliran memasak serta menyiapkan hidangan.

Menunya? Tidak kalah dengan menu buka puasa di Indonesia. Hindangan yang disediakan secara sukarela ini selalu lengkap. Makanan takjil berbuka juga khas Indonesia, seperti kolak, bubur atau es buah, makanan kecil mulai kurma hingga kue manis dan asin asal Indonesia. Makanan utamanya juga ala Indonesia, mulai ayam goreng, soto, bakso, asinan, rendang, empal, sayur asem, kerupuk hingga sambal dan lalapan hadir di meja berbuka secara bergiliran.

Tidak berhenti sampai acara makan di tempat. Ketika makanan masih tersisa, jamaah yang sebagian besar pelajar yang hidup single dan tinggal di rumah kos di London itu akan mendapat bungkusan untuk dibawa pulang. Di Inggris kegiatan ini dikenal dengan take away. Penyebutan take away ini diambil dari istilah di restoran Inggris yang pembelinya membawa pulang makanannya alias tidak makan di restoran tersebut.

Pengajian Al Ikhlas yang menempati rumah wakaf dari seorang pengusaha restoran sukses di London asal Jawa Timur ini telah mempunyai dua "anak". Pertama, pengajian Al Hidayah, yaitu pengajian khusus yang didirikan Al Ikhlas untuk para TKW Indonesia di London dan sekitarnya.

Kini, Al Hidayah sudah mandiri dalam arti mengelola sendiri pengajiannya, termasuk penyediaan tempat yang biasanya bergilir di rumah atau tempat kos para TKW. Al Ikhlas hanya menyediakan materi serta pembicara yang dilaksanakan dua minggu sekali itu. Tetapi, khusus selama Ramadan, Al Hidayah kembali bergabung dengan Al Ikhlas.

Anak Al Ikhlas yang lain adalah Al Baroqah. Ini juga untuk para TKW, tetapi mereka yang baru datang ke London atau baru mulai belajar mengaji. "Al Baroqah untuk yang baru belajar dan baru datang. Kalau digabung dengan Al Hidayah, materinya akan ketinggalan," kata Titin Suhartini, pengurus Al Ikhlas yang ditugasi menangani Al Baroqah.

Keluarga Asep Setiawan bersama pengajian Al Ikhlas adalah potret lain kehidupan warga muslim Indonesia di London atau Inggris pada umumnya. Tinggal di negara yang Islam adalah agama minoritas tidak menghalangi mereka untuk menjalankan kewajiban sebagai umat Islam. Juga semangat berdakwah serta bersilaturahmi sesama muslim pun tidak hilang di tengah kehidupan Barat yang jauh dari nuansa Islam. (tamat)***

Tuesday, November 02, 2004

(Jawa Pos, Selasa, 02 Nov 2004)
Ramadan di Inggris (2)

Pemain Sepak Bola Liga Inggris pun Berpuasa

Nurani Susilo, London

KOLO Toure setiap Jumat tidak pernah absen pergi ke sebuah masjid dekat kompleks lapangan latihan Arsenal di Colney London Utara. "Agama adalah salah satu bagian penting dalam hidup saya," katanya. Tidak hanya salat Jumat, dia juga mengaku melaksanakan salat lima waktu ketika keadaan memungkinkan baginya. "Saya salat ketika saya bisa, ketika saya punya kesempatan untuk melaksanakannya." Namun, dia kemudian menambahkan, "Tapi, bukan berarti ketika saya di ruang ganti pemain, kemudian salat di sana."

Itulah Kolo Toure, pemain belakang yang mampu mempertahankan rekor keunggulan Arsenal sebelum dikalahkan Manchester United Minggu lalu. Dia pun dikenal karena ketaatannya menjalankan kehidupan sebagai muslim. Sosok pemain asal Pantai Gading ini secara tidak langsung juga memopulerkan Islam kepada para penggemar bola. Islam agama minoritas, sedangkan penggemar bola adalah mayoritas di Inggris.

Dalam setiap wawancara panjang dengan Toure tidak pernah ketinggalan disebutkan kehidupan pribadinya sebagai seorang muslim. Yang paling meninggalkan kesan bagi pendukung Arsenal dan penggemar bola di Inggris adalah pengakuannya untuk menjalankan ibadah puasa pada Ramadan.

Mantan pemain Asec Mimosas ini menyatakan, kecuali pada hari pertandingan, dia selalu menjalankan puasa Ramadan. "Saya berusaha selalu berpuasa Ramadan di luar hari pertandingan," katanya kepada the Times.

Profesinya sebagai pemain bola profesional memang membuatnya terpaksa tidak berpuasa di hari timnya bertanding. "Sebagai pemain profesional saya berkewajiban memberikan yang terbaik bagi klub saya, antara lain tetap fit ketika bertanding," tambahnya.

Dia yakin dengan sikapnya itu. "Allah mengerti kalau saya tidak bisa berpuasa di hari pertadingan," adalah pernyataan Toure yang sejak diucapkannya pada Ramadan tahun lalu dikutip oleh banyak media dan website pribadi para fans Arsenal. Kini, kata puasa Ramadan di kalangan penggemar sepak bola Inggris identik dengan Kolo Toure.

Selain salat dan berpuasa Ramadan, dalam keseharian Toure juga mempraktikkan ajaran Islam yang lain. Misalnya, kebiasaannya mengucap salam dan menjabat tangan siapa saja yang ditemuinya. Dia tidak membedakan status, mulai rekan setim, wartawan, sampai para juru masak di klub Arsenal.

Selain Kolo Toure, beberapa pemain Liga Inggris juga muslim. Baik yang muslim dari lahir, seperti Toure, juga muslim karena berpindah agama (convert). Dan, sekolah Islam Islamia yang didirikan penyanyi Yusuf Islam di Kilburn, London, adalah salah satu lembaga yang memanfaatkan para pemain sepak bola muslim sebagai role model (contoh) bagi murid-muridnya. Menurut sumber sekolah tersebut, beberapa pemain sepak bola muslim seperti Nicolas Anelka (Manchester City) dan Omer "Freddie" Kanoute (Tottenham Hospur) berkunjung ke sekolah tersebut.

Sekolah itu sangat populer di Inggris hingga calon muridnya harus masuk waiting list 6 tahun untuk bisa mendapat tempat. Juga banyak keluarga muslim pindah rumah ke daerah Kilburn untuk bisa memasukkan anaknya ke sekolah yang didirikan pada 1983 oleh penyanyi yang bernama asli Cat Stevens itu.

Perkembangan Islam di Inggris memang bisa dibilang pesat, terutama di kota-kota besar seperti London, Birimingham, Manchester, dan Sheffield. Menurut hasil sensus terakhir, ada 14.200 warga kulit putih Inggris yang convert (pindah agama) ke Islam. Mereka pun bukan hanya dari kalangan biasa. Banyak di antaranya anak mantan pejabat tinggi, selebriti, dan keturunan keluarga terhormat Inggris.

Contohnya Joe Ahmed-Dobson, anak Frank Dobson, mantan menteri kesehatan Inggris. Bahkan, kini Joe menjadi pengurus teras Muslim Council of Britain, organisasi Islam terbesar di Inggris.

Dalam suatu penelitiannya, Yahya (sebelumnya bernama Jonathan Birt, anak Lord Birt, mantan direktur utama BBC) -yang seperti juga Joe, kini pemeluk Islam taat- menemukan alasan utama banyaknya warga Inggris convert ke Islam. "Adalah spiritualisme kehidupan muslim yang sering menjadi alasan termasuk bagi saya," kata Yahya yang mengambil subjek young British muslims (generasi muda Islam Inggris) sebagai disertasi doktornya di Universitas Oxford.

Pemeluk Islam dari keluarga terhormat lain adalah Emma Clark, cicit mantan PM Inggris pada awal Perang Dunia I, Herbert Asquith. "Semoga banyaknya Briton (orang Inggris) yang pindah menjadi Islam tidak sekadar mode sesaat," kata perempuan yang ahli mendesain taman ini. Emma Clark inilah yang membantu mendesain Islamic garden di kompleks rumah sekaligus peternakan milik Pangeran Charles di Highgrove, Gloucestershire.

Proyek terbaru Clark adalah mendesain taman serupa di seputar tempat parkir sebuah masjid di Woking, Surrey.

Banyak pula dari mereka yang pindah ke agama Islam karena terinspirasi tulisan mantan diplomat Inggris, Charles Le Gai Eaton. Eaton, yang karyanya berjudul Islam and the Destiny of Man, menyatakan bahwa "Saya menerima surat dari banyak orang yang tidak setuju dengan Kristen yang semakin kontemporer dan mereka mencari agama lain yang tidak berkompromi terlalu banyak terhadap kehidupan modern".

Yang lain berpindah agama karena pacar atau pernikahan. Kristian Backer, mantan pacar pemain kriket Imran Khan, mengaku mengenal Islam melalui pacarnya. Tetapi, dia baru berpindah agama justru setelah mereka putus. "Imran yang menanam benih Islam saya. Namun, momentum untuk berpindah agama justru setelah hubungan kami putus," kata Backer yang semula merahasiakan keislamannya karena takut mempengaruhi karirnya.

Meskipun masih belum penuh memakai jilbab, Backer mengaku telah membuang baju-baju seksi miliknya semasa menjadi penyiar MTV Eropa.

Namun, ada pula pemeluk Islam baru yang tidak mau menyebutkan alasannya berpindah agama. The Earl of Yarborough, seorang tuan tanah seluas 28 ribu hektare di Lincholnshire misalnya. Pria berusia 40 tahun yang kini berganti nama menjadi Abdul Mateen menolak menjawab setiap kali ditanya tentang alasannya masuk Islam.

Pertanda terkuat bahwa Islam sudah diterima dalam kehidupan Inggris adalah diberlakukannya peraturan baru di kalangan Istana Buckingham awal tahun ini. Ratu Elizabeth II menyetujui aturan yang mengizinkan pegawai istana yang beragama Islam pergi ke masjid untuk melaksanakan salat Jumat. Salah satu staf istana dari bagian keuangan mengaku tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan yang didapatnya itu.

Bagi kalangan muslim yang terlahir dari keluarga muslim (muslim karena keturunan) di Inggris -termasuk yang berasal dari Indonesia- mengenal para pemeluk Islam baru sebagai muslim yang sangat taat. Tidak jarang mereka lebih ketat dalam menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan Islam dibanding muslim keturunan.

Selain itu, mereka dikenal sungguh-sungguh dalam mempelajari Islam, termasuk Alquran. Sebagian besar hafal Alquran yang jauh lebih bagus daripada muslim keturunan. Tidak sedikit pula yang hafal Alquran dalam waktu yang tidak begitu lama, hasil belajar dengan sangat serius.

Kalau sudah berhadapan dengan kemajuan pemeluk Islam baru ini, biasanya pemeluk Islam keturunan hanya bisa malu hati. Apalagi, kalau mereka awalnya belajar dari mereka, tetapi tidak berapa lama murid baru itu justru lebih pandai daripada gurunya. Belum lagi ketika melihat kehidupan sehari-hari mereka yang benar-benar dijalankan sesuai aturan Islam. (bersambung)

Monday, November 01, 2004

Ramadan di Inggris (1)
(Jawa Pos, Senin 1 Nov 2004)

Apakah Islam Itu Sejenis Makanan?

Nurani Susilo, London

KETIKA Anjum Anwar, salah seorang pegiat LSM Islam mengunjungi sebuah sekolah dasar di Inggris dalam rangka proyek yang disebut Understanding Islam dia disambut dengan pertanyaan-pertanyaan lugu dari murid-murid sekolah tersebut. "What is Islam, is it some kind of food?" Begitu antara lain pertanyaan yang dikemukakan.

Cerita Anjum yang telah mengunjungi 120 sekolah dalam proyek yang bertujuan memerangi Islamphobia di Inggris setelah peristiwa 11 September, seperti ditulis harian the Guardian, menggambarkan bagaimana Islam adalah agama minoritas yang "tidak dikenal" di Inggris, seperti tecermin dari pertanyaan di atas. Banyak warga -- terutama yang tinggal di luar kota-kota besar -- bahkan tidak tahu sama sekali tentang Islam.

Namun, ternyata keminoritasan warga muslim di Inggris, yang berjumlah 1,8 juta atau hanya 3 persen dari total penduduk Inggris yang 60 juta, tidak menghalangi mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai muslim, termasuk ibadah puasa pada Ramadan.

Sebuah toko bernama Continental Food di pinggir jalan di kawasan Woolwich, London Tenggara, pada hari-hari belakangan ini lebih ramai daripada biasanya. Antrean panjang terlihat di toko yang menjual daging halal, sayur mayur dan buah-buahan Asia, Afrika, dan Timur Tengah itu. Tampak paling mencolok dari penampilan toko ini sekarang adalah aneka jenis kurma yang dipajang di depan toko, pemandangan yang tidak biasanya dijumpai.

Yang juga berbeda adalah alunan musik yang diputar sang pemilik. Pada hari-hari biasa, terdengar lagu-lagu khas Asia Selatan (India, Pakistan, dan Bangladesh) yang iramanya mirip musik dangdut. Sekarang pemilik toko lebih sering memutar lagu-lagu bersyair Islam, yang lebih dikenal dengan nasid.

Memang, suasana Ramadan di Inggris tidak meriah seperti negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Namun, dari kurma yang dijual di berbagai toko di komunitas muslim, dari makin penuhnya jamaah di masjid, dan kian maraknya kegiatan di berbagai organisasi masyarakat Islam, setidaknya sedikit bisa dirasakan, itulah Ramadan ala Inggris.

Tentu tidak ada baliho atau spanduk bertulisan selamat menunaikan ibadah puasa atau acara televisi yang tiba-tiba penuh dengan tema Ramadan. Bahkan, selain di beberapa wilayah yang banyak ditinggali warga muslim seperti Woolwich, di Inggris secara umum tidak tampak adanya perubahan dengan datangnya Ramadan.

Sebab, kegiatan Ramadan di Inggris lebih banyak dilakukan secara internal di masing-masing komunitas atau organisasi Islam. Misalnya, acara buka puasa bersama dan ceramah dengan tema-tema seputar Ramadan serta tema Islam lainnya. Yang juga marak saat Ramadan adalah acara-acara sosial, baik pengumpulan dana untuk membantu negara-negara muslim maupun pemberian santunan bagi warga kurang mampu di Inggris.

City Circle merupakan salah satu yayasan yang setiap Ramadan mengadakan acara tersebut. Beberapa hari lalu, City Circle mengadakan ceramah terbuka dengan pembicara Profesor John L. Esposito. Tema yang dibahas mulai masalah agama sampai dampak pemilihan presiden di AS terhadap Islam dan modernitas. Juga, dibahas tentang pengaruh terhadap perang melawan terorisme.

"Selama Ramadan ini, kami juga mengadakan kegiatan sosial rutin setiap pekan, yaitu memberi makanan kepada para tunawisma di London," ungkap Asim Siddiqui, ketua City Circle.

Ramadan tahun lalu, yayasan Islam yang didirikan para profesional muda tersebut berhasil memberikan 2.700 hidangan kepada para tunawisma di London. Hal itu tentu tanpa memandang siapa mereka. Tahun ini, mereka menyiapkan dana yang berasal dari sumbangan sukarela hingga ribuan poundsterling untuk menyiapkan hidangan di berbagai shelter (tempat singgah) tunawisma yang mereka dirikan selama Ramadan di London.

Yayasan yang rutin mengadakan pengajian bulanan di luar Ramadan tersebut juga mengadakan Saturday school selama Ramadan untuk anak-anak. Di sekolah itu, anak-anak belajar membaca Alquran dan pengenalan Islam. Juga, belajar mata pelajaran yang mereka hadapi di sekolah reguler.

Tidak semua warga muslim tergabung dalam organisasi-organisasi Islam semacam City Circle. Mereka biasanya aktif dalam pengajian antarkomunitas. Misalnya, komunitas Muslim Asia Selatan, Muslim Somalia, dan Islam Indonesia. Namun, batas komunitas berdasar negara asal tersebut tidak mutlak. Artinya, banyak juga warga asal negara lain yang bergabung. Misalnya, muslim asal Indonesia banyak yang bergabung di komunitas Malaysia atau Pakistan, begitu juga sebaliknya.

Pusat kegiatan mereka, biasanya, ada di masjid atau Islamic Center. Di Masjid Woolwich, misalnya, selama Ramadan ini selalu penuh sesak dengan jemaah yang sebagian besar berasal dari Asia Selatan dan Afrika Utara. Setiap malam diadakan ceramah dan salat tarawih yang dilakukan dalam dua tahap, pukul 21.00 dan pukul 23.00. "Tarawih pukul 23.00 itu diadakan untuk mengakomodasi jemaah yang bekerja di toko atau restoran," kata Arifin, warga Indonesia yang tinggal tidak jauh dari Masjid Woolwich.

Masjid atau Islamic Center itu juga yang menjadi tumpuan warga muslim Inggris untuk memperoleh informasi mengenai jadwal puasa dan jadwal salat. Central Mosque di kawasan Baker Street, masjid terbesar di London, menjadi pusat informasi Islam di Inggris. Pemerintah Inggris tidak ikut campur dalam urusan agama alias memisahkan kehidupan beragama dengan negara.

Selain suasana, perbedaan yang mencolok Ramadan di Inggris adalah waktu puasa yang pendek. Sebab, Ramadan dalam beberapa tahun terakhir jatuh di musim gugur awal musim dingin. Semakin mendekati akhir puasa, semakin pendek pula waktu berpuasa.

Pada Ramadan kali ini, misalnya, di hari pertama, imsak jatuh pada pukul 05.24 dan magrib pukul 18.10. Tetapi, pada hari terakhir puasa, 13 November, imsak pukul 05.10 dan magrib pukul 16.16 (ini berarti lebih singkat sekitar satu jam dibandingkan dengan di Indonesia). Keuntungan lain dengan Ramadan di musim gugur atau musim dingin adalah cuaca begitu dingin, sehingga umat Islam yang berpuasa di Inggris tidak merasa haus.

Jangan iri dulu. Sebab, dalam beberapa tahun mendatang, Ramadan kembali jatuh di musim panas. Artinya, waktu siang menjadi sangat panjang. Dalam keadaan seperti itu, pukul 03.00 dini hari telah masuk imsak, sementara magrib bisa jatuh setelah pukul 21.00 (ini berarti bisa lebih panjang sekitar lima jam dibandingkan dengan di Indonesia). Belum lagi, udara luar biasa panas, sedangkan rumah dan transportasi Inggris lebih dibuat untuk cuaca dingin. Jadi, rumah menyediakan pemanas, tetapi tanpa AC.

Kesamaan Ramadan di Inggris dengan Indonesia adalah berlimpahnya makanan untuk berbuka puasa. Tradisi makan enak untuk berbuka ataupun sahur ternyata sama di mana pun kaum muslim berada. Di Inggris, di kawasan mayoritas pemeluk Islam yang dihuni warga yang berasal dari Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah mempunyai kebiasaan makan besar seperti halnya di tanah air.

Bahkan, karena porsi makan mereka tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan porsi makan orang Indonesia, makanan selama Ramadan di Inggris terasa jauh berlimpah-limpah. Asal ada acara berbuka bersama, muslim asal Indonesia pasti akan kewalahan menghabiskan porsi makan yang disediakan. Rasanya? Tidak kalah enaknya karena seperti masakan Indonesia. Masakan negara-negara muslim tersebut memakai banyak bumbu dan juga pedas.

Islam bukan sejenis makanan, melainkan agama, a religion. Tapi, adalah benar kalau pemeluk Islam senang menyediakan banyak makanan. Begitu mungkin jawaban sederhana yang bisa diberikan pada murid SD yang dikunjungi Anjum Anwar. (bersambung)

Tuesday, October 05, 2004

The new member of the family




























name : alisha nadia susilo
dob : queen elizabeth hospital, london, 03/10/04
time : 01.00 am
weight : 3186 grams
length : 55 cm
midwife: jenny armstrong
doctor : julie e lord
length of labour : 04 hr 55 m
gestation : 41 weeks 4 days

Friday, October 01, 2004

Still Pregnant

Telpon rumah, hand phone dan juga SMS terus berdering yang isinya "menuduh" saya telah melahirkan: "Beluuuum!!!!", jawab saya selalu.

Yup, si baby masih betah di perut ibunya, meskipun hingga detik ini masuk ke Minggu ke-41. Padahal, menurut EDD (estimate due date) adiknya Kirana diperkirakan datang tanggal 27 September lalu.

"Ada yang bisa saya lakukan untuk membuat bayi cepat lahir ?" tanya saya Rabu lalu ketika datang ke dokter. Makan hot curry, banyak jalan, dll (gak perlu disebutkan) katanya bisa mempercepat kelahiran. "We can't guarantee, but still worth to try", kata the midwife.

Wah kalau cuma itu, saya sudah lakukan setiap hari dalam minggu-minggu terakhir. Gardening, jalan-jalan sampai menjelang tengah malam, masak besar untuk sunatan anak temen (termasuk seharian jadi tukang bakar) dan juga masak pesta Ultah anak teman yang lain beberapa hari kemudian, masak untuk di frozen di rumah (untuk persediaan kalau sudah melahirkan), belanja, dll. Luar biasa aktif sampai yang melihat ketakutan, saya akan melahirkan di tengah-tengah proses sibuk itu.

Bahkan setiap minggu, sampai Kamis lalu, saya masih aktif ikut UK driving lesson (belajar nyetir dengan benar dan taat peraturan , biar bisa lulus SIM UK)! "Don't you dare, melahirkan di mobil ku," kata Malcolm my instructor bercanda tapi juga serius.

Tidak hanya Malcolm ternyata, mulai minggu lalu, teman saya nggak mau diajak jalan lagi. Dari alasan:"Gak mau ajak loe lagi, abis nyari tempat pipis mulu, repot." Sampai: "Gak ah serem, nanti loe melahirkan di mobil gue ". Begitulah, kesetiaan teman-teman pun semakin menyurut dengan semakin tuanya usia kandungan saya.

Suami sudah mengambil paternity leave-nya sejak Sabtu lalu dan harus kembali ngantor Sabtu besok. Karin, yang menunda kepulangannya karena ingin menemani saya melahirkan (atau alasan lain, jangan2 saya GR) sudah akan pulang hari Minggu pagi. Jadi ada kemungkinan (besar), ketika akhirnya saya melahirkan, semua pihak sudah kembali ke aktivitas normal.

Kehamilan di sini dianggap normal hingga 42 weeks. Jadi saya masih ditunggu seminggu lagi dan setelah itu dokter sudah booking untuk induction tanggal 10 Oktober. Artinya, saya dipaksa untuk melahirkan hari itu karena bisa bahaya kalau ketuaan (misalnya, ketubannya gak sehat lagi). Semoga sebelum hari itu si baby sudah lahir, saya hanya bisa berdoa karena katanya dengan induction akan lebih sakit prosesnya.

Saya sudah melakukan anything yang katanya mempercepat kelahiran itu, juga suami saya, termasuk potong rambut setelah saya terus ngomel dengan rambutnya yang sedikit gondrong: "Kalau nggak potong rambut, nanti bayinya lahir gak boleh ikut foto, bikin jelek," ancam saya galak. Ia juga berhenti becanda menyiapkan nama-nama aneh bin ajaib untuk si bayi, misalnya Bambang Yudhoyono Susilo, kalau lahir laki-laki. "Bayinya jadi gak mau lahir karena ia pikir ayah mau kasih nama sembarangan," protes saya lagi.

Kemarin saya seharian jalan-jalan ke Bluewater dan hari ini berencana nonton film Wimbledon berdua Karin. Still, there is no sign the baby akan lahir hari ini. "Ayah sudah potong rambut, dah gak bikin nama lucu dan udah ngajak jalan-jalan, sekarang maunya apa lagi" kata suami saya tidak lagi mau disalahkan.

Kirana begitu tidak sabarnya sampai menunjukan tanda-tanda kekejaman. "Mummy, can you ask the dokter to makes the baby comes quick?". Beberapa hari kemudian tanya lagi: "Mummy, shall I use a knife to open your tummy?" haaaa!!! Dan kemarin ditanya Karin, kenapa baby-nya gak juga lahir, dengan santainya ia jawab: "Because we don't have a knife."

Telpon masih terus berdering, dan sebelum si penelpon membuka pertanyaan, saya sudah siap dengan jawaban: "Beluuuuum!!!!". Sambil terus memastikan bahwa pisau ada di tempat yang jauh dari jangkauan Kirana.

Wednesday, August 18, 2004

Goyang London

"Masih terngiang di telingaku..bisik cintamu..."Alunan suara merdu Ikke Nurjannah mendendangkan lagu hit-nya,Terlena terdengar jelas. Sementara pengunjung tampak menikmati irama dangdut tersebut dan ratusan di antaranya bahkan sambil asyik berjoget. Tentu bukan pemadangan yang luar biasa di Indonesia. Tetapi ketika suasana itu berlokasi di salah satu kawasan elit di London, tentu menjadi suatu hal yang tidak biasa.

Suasana yang tidak biasa itu terjadi di kebun belakang sebuah rumah besar di ujung jalan Bishop Grove, East Finchley Selasa siang lalu. Acara meriah dan bernuansa Indonesia itu adalah hajatan Kedutaan Besar RI di (KBRI) London dalam memperingati Hari Kemerdekaan RI yang ke-59.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, acara yang dilangsungkan di Wisma Nusantara, Rumah Dinas Duta Besar Indonesia di London Utara dipadati seribuan warga Indonesia yang tinggal di Inggris. Kabar hadirnya Ikke Nurjannah, yang telah tersiar jauh-jauh hari sebelumnya tampaknya menjadi alasan utama warga Indonesia dari seluruh kota di Inggris untuk berduyun-duyun hadir dalam acara 17-an.

"Saya minta ijin ke kantor untuk kerja setengah hari dan langsung ke sini," kata Miya Bodart, seorang warga Indonesia yang tinggal di High Wicombe, kota kecil berjarak satu jam bermobil dari London. Memang tampaknya, warga yang sebagian besar terdiri dari pelajar Indonesia di Inggris, TKI dan juga pekerja profesional tampaknya sayang untuk melewatkan kesempatan langka bertatap muka dengan salah satu penyanyi dangdut top Indonesia. Mereka tidak segan-segan untuk membolos kerja atau , seperti Miya, minta ijin kerja setengah hari untuk bisa menghadiri acara tersebut.

Selain Ikke Nurjannah, juga hadir Toeti Trie Sedya, penyanyi keroncong yang kerap manggung di Istana dan acara-acara TNI dalam acara yang diprakarsai oleh KBRI bekerja sama dengan PPI (Persatuan Pelajar Indonesia ) Inggris. "Ikke Nurjannah dan Toeti Trie Sedya itu adalah sumbangan dari Ibu Agum Gumelar," kata Ny Prihanum Sudharsono kepada koran ini.

Menurut istri Dubes RI di Inggris Juwono Sudharsono, yang adalah penasihat acara peringatan HUT RI itu, istri Agum Gumelar telah lama menawarkan sumbangan ke KBRI untuk mendatangkan artis dangdut ke London. "Ya sudah saya pesan saja untuk acara 17-an," lanjutnya.

"Sebenarnya saya masih jet lag, baru datang kemarin. Tapi saya senang sekali diundang tampil di sini,"kata Ikke yang tampil anggun dengan kebaya pink keemasan. Penyanyi dangdut bertubuh mungil ini lantas bercerita bahwa dirinya akan berada di London hingga tanggal 20 Agustus , tapi kalau ada permintaan tambahan, ia menyatakan kesediaannya untuk tinggal lebih lama. "Udah dulu ya Mbak, nanti ngobrol lagi saya mau ngamen dulu," kata Ikke pamit ketika namanya dipanggil untuk tampil.

Ketua Panitia acara tersebut, Pribadi Setiono menyatakan bahwa untuk kelancaran acara, pihak KBRI sejak sebulan lalu telah berkirim surat dan juga berkunjung ke rumah-rumah tetangga Wisma Nusantara. "Minta ijin ke para tetangga kita akan bikin acara ramai-ramai, bahkan mereka kita undang sebagai tamu kehormatan Dubes," kata kepala penerangan KBRI London ini yang juga meminta ijin kepada kepolisian setempat.

Dua tahun lalu, acara peringatan HUT RI di tempat yang sama sempat menuai protes dari tetangga di sekitar rumah dinas Dubes yang terletak di kawasan cukup elit tersebut. Hingga tahun lalu, acara perlombaan di hari-H ditiadakan. Maklum di Inggris, secara hukum, tidak diperbolehkan membuat acara keramaian di kawasan pemukiman, apalagi jika sampai menganggu tetangga di sekitarnya.

Kerja keras selama tiga bulan panitia HUT RI London tahun ini ternyata terbayar. Tidak hanya acara berjalan tanpa protes dari tetangga bahkan beberapa dari tetangga Dubes itu bersedia hadir di acara itu. Warga Indonesia yang hadir pun melimpah, jauh melebihi target panitia. "Kita targetkan 600 orang, dan makanan kita siapkan 1200 porsi. Tetapi menurut hitungan saya yang datang lebih dari 1200," kata Pribadi lagi.

Acara yang dipandu oleh Lula Kamal, pembawa acara terkenal yang tengah mengambil Program Master di London diawali dengan upacara bendera, diteruskan dengan berbagai lomba baik untuk dewasa maupun anak-anak, seperti balap karung dan balapan dengan bersepatu bakyak. Juga pembagian hadiah bagi berbagai perlombaan dan pertandingan yang telah dilangsungkan selama bulan Agustus antar pelajar, warga, intansi pemerintah dan juga BUMN yang ada di Inggris.

Selain makan siang gratis, panitia juga memberi kesempatan warga untuk berjualan makanan tradisional bertema "warung Indonesia". Beberapa stand bazar tampak di serbu oleh pengunjung, warung milik muslimah Kibar (Keluarga Besar Islam Britania Raya dan sekitarnya) salah satunya. Gudeg, asinan Bogor, tempe mendoan, ayam bakar dan pepes Ikan yang tersedia ludes di serbu pembeli. "Alhamdulillah, semua makanan terjual," kata Luluk dan Dian, penjaga stand Muslimah Kibar yang semua keuntungan jualannya akan disumbangkan ke pihak-pihak yang memerlukan itu.

Di stand lain, tersedia bakso, siomay, lontong sayur dan aneka jajanan Indonesia juga laris manis diserbu pembeli yang rata-rata kangen dengan makanan tradisional Indonesia.

Sukses dengan Ikke Nurjannah, apakah acara tahun-tahun mendatang juga akan mendatangkan bintang tamu artis dari Indonesia. "Ya, tergantung bagaimana nanti dananya," kata Pibadi yang mengatakan bahwa acara HUT RI itu berasal dari anggaran tahunan KBRI London.

"Kemesraan ini …janganlah cepat berlalu……"Dubes Juwono Sudharsono dan istri, Lula Kamal, Ikke Nurjannah dan Toeti Trie Sedya menutup acara dengan bersama-sama mendendangkan lagu Kemesraan. Namun, kemeriahan yang dimulai pk 9.30 hingga pk.16.30 GMT itu berlalu dengan cepatnya. Menyisakan wajah-wajah lelah namun bahagia yang terpancar dari warga Indonesia yang tengah berada jauh dari kampung halamannnya.***

Friday, July 16, 2004

Addicted to eBay
 
Item pertama saya beli di eBay adalah carseat untuk Kirana. Setelah membandingkan dengan harga di luar eBay saya memutuskan untuk membeli tanpa bidding. Di eBay selain pembelian melalui auction juga ada item berlabel buy it now, artinya langsung bisa dibeli.
 
Hari itu ada tiga carseat, yang menurut review di majalah merupakan the best buy untuk kelasnya, di eBay. Dua masih dalam proses auction, dan satu tersedia buy it now. Melihat harga terakhir di auction yang tidak beda jauh dengan buy it now, serta jauh lebih murah dibanding harga asli di toko, saya pun mengawali transaksi melalui eBay.
 
Puas dengan carseat Kirana, saya pun browsing travel system untuk adiknya. Dari learning by doing, saya tahu bahwa bidding paling seru berada di detik-detik terakhir auction di tutup. Jadi kalau harga awalnya terlihat begitu murah, jangan terlalu bergembira dulu khususnya ketika item tersebut masih panjang waktu auctionnya.
 
Saya memutuskan untuk membeli travel system dari Mamas&Papas, yang terdiri dari pushchair (0-4 th)dan car seat (0-2 th) beserta base-nya. Bidding pertama saya kalah dalam hitungan detik dengan beda pemenang bidding dengan bidding terakhir saya hanyalah £1.
 
Saya pun mempelajari sumber kekalahan saya. Dari sini saya tahu bahwa eBay punya fasilitas automatic bid. Jadi ketika memasukan bid pertama, eBay akan menanyakan maximum bid kita. Kalau kita mengisi kolom itu, secara otomatis eBay akan meng-update besarnya bid kita ketika ada pembeli lain dengan bid lebih tinggi, sampai batas maximum bid kita itu.
 
Selama proses itu eBay  akan memberikan update melalui email, ketika seseorang melampui bidding kita atau pun mencatatkan maximum bid lebih tinggi. Automatic bid ini pula, saya menduga penyebab kemenangan saya pada pembelian kedua. Karena saya lihat pembeli lain (klik history) juga bidding dengan harga yang sama namun saya lebih cepat beberapa detik.
 
Ketika Tomi yang tengah menginap di rumah, tertarik dengan cerita saya tentang eBay, ia pun mencobanya. "Awas, addicted lho", pesan saya. Benar juga, ia pun kini asyik memburu sesuatu di eBay dan seperti juga saya ia pun kalah di bidding pertamanya.
 
Kebiasaaan ini pun menular cepat, suami  kini juga mulai browsing di eBay, meskipun masih dalam tahap window shopping, karena barang yang diinginkan, satelite navigator mobil, tidak masuk dalam anggaran pengeluarannya bulan ini.
 
Tapi ia memutuskan, kalau waktunya tiba ia akan membelinya di eBay. "Bahkan masih  lebih murah dibanding di Amazon", katanya yang seperti juga saya dan Tomi selalui window shopping setiap item yang kami beli untuk mendapatkan the best price we can get.
 
Di Eropa sendiri, kini the hottest item di eBay adalah  bola bermerk Adidas yang gagal di tendang David Beckham ketika Inggris bertanding melawan Portugal di Euro kemarin. Bola yang membuat saya terpukul itu (sampai sekarang belum berani melihat penalti Beckham yg katanya melambung itu. Well, ketika penalti saya tidak sanggup untuk menyaksikannya dan memilih untuk masuk ke kamar, mengunci pintu dan jendela serta menutup telingga rapat-rapat) kini dijual di eBay Spanyol dengan harga terakhir mencapai sekitar £16 ribu (sekitar Rp 200 juta).
 
Pablo Carral, penonton asal Spanyol yang mendapatkan bola itu memutuskan untuk menjualnya di eBay setelah salah satu tabloid menawar bola itu dengan harga £12.500. Harga pertama yang ia cantumkan pada Senin pagi hanyalah 1 Euro, kemarin ada 138 bids dengan harga tertinggi mencapai 9 juta Euro. Namun Carral merasa aneh dengan harga setinggi itu hingga mengulang proses auction dan menyeleksi setiap pesertanya terlebih dulu.
 
Harga melorot tajam hingga 23.650 Euro atau lebih dari £16 ribu, namun diramalkan akan terus bertambah karena waktu auction belum berakhir. Not bad at all untuk bola yang harga aslinya hanya £60.
 
Tertarik dengan eBay? Seperti yang saya katakan ke Tomi, hati-hati karena bisa membuat addicted. Terutama rush yang kita rasakan di detik-detik terakhir penutupan auction. Ada beberapa kiat yang mungkin membantu untuk mendapatkan the best deal di eBay:
1. Window shopping item yang akan dibeli, harga asli di toko, harga brand new di eBay dan juga harga item serupa di auction sebelumnya. Dari hasil window shopping itu, tentukan maximum bid dan stick to it. Karena akan mudah to get carried away dalam proses bidding.
2. Cek P&P-nya karena akan ditambahkan dengan nilai bid kita, serta ada beberapa yang tidak menyediakan P&P alias harus datang sendiri mengambil item tersebut.
3. Pastikan benar-benar berniat untuk membeli sebelum ikut bidding.
 
Akhirnya, happy bidding dan good luck! 

Sunday, June 13, 2004

They didn't deserve it, England (and I) did!

Dari kemarin malam (berhenti pk 01 dinihari), dilanjutkan tadi seharian saya marathon mengecat living room, hall & tangga. Dengan maksud bisa menikmati Euro 2004 tanpa ada tanggungan (Janji ke ayah kalau pulang dari Portugal semua proyek mengecat sudah selesai). Akhirnya bisa kelar juga, tepat satu jam sebelum kick of England-France.

Memandikan Kirana, makan malam dan mengantarnya ke tempat tidur. Baru kemudian saya sadari telapak tangan saya melepuh semua gara-gara terlalu keras mengejar setoran. But it's OK, it's worth it. Duduk dengan perasaan puas, menonton bola di living room sambil mengagumi cerahnya warna tembok yang baru.

England played really well, karena itu, tidak seperti menonton pertandingan England yang lain, dimana saya bolak-balik tutup mata atau pergi ke ruangan lain karena tegang, kali ini saya mampu untuk terus menatap layar televisi dan tidak meninggalkan tempat duduk. Saya yakin Inggris menang, kedudukan 1-0 dan pertahanan England terlihat rock solid.

Pertandingan berakhir empat menit lagi (tambahan waktu 3 menit), saya sudah siap akan menulis untuk edisi Selasa. I was so happy, everything was perfect: pekerjaan terberat sudah beres, England menang melawan Prancis, bahan tulisan sudah terkumpul di kepala. Nothing can go wrong!

BUT I WAS WRONG!!!Di menit ke-90, France mendapatkan free kick, ditendang Zidane 1-1! Saya masih belum percaya dengan apa yang saya lihat ketika kemudian David James mengganjal Thierry Henry and PINALTY! Zinade lagi dan France 2 England 1!!!

There is no word can describe it! Called Ayah di Portugal untuk sekedar berbagi sedih. Tidak nyambung! Baru ingat kalau selama meliput Euro ayah pakai nomer baru.

Saya tidak lagi bisa menangis, itu tanda saya jika mengalami kepedihan yang terlalu dalam. Orang bilang anything can happen in football, but that was the cruellest defeat you can imagine!

Telapak tangan saya yang bengkak tiba-tiba terasa perih dan panas. Cat baru di living room tiba-tiba tidak lagi terlihat cerah. Good night, especially if you're France supporter..

Saturday, June 12, 2004

EXPECTO PATRONUM!!!

Summer dua tahun lalu, kami bertiga diundang ke pesta ulang tahun Ifkar ke-7, tetangga kami di London. Salah satu acara dalam pesta itu adalah pertunjukan ala wayang golek (golek=boneka) seorang seniman Inggris dengan boneka-boneka koleksinya dari seluruh dunia. Termasuk cepot, tokoh di wayang golek versi Sunda.

Ketika salah satu boneka, yaitu Saraswati asal India yang pintar menari meliuk-liukan badannya bak ular kobra itu beraksi, si seniman meminta hadirin untuk mengucapkan magic word. Karena Saraswati akan berubah wajah.

Empat puluh anak-anak berusia sekitar 7 tahun, teman sekelas Ifkar yang hadir di pesta itu, spontan tanpa jeda sejenak pun untuk berpikir mantra apa yang akan diucapkan kompak berteriak lantang: WINGARDIUM LEVIOSA! Tak satu pun yang salah mengucap mantra lain.

Saat itu baru saya sadar bagaimana kuatnya pengaruh Harry Potter dalam pikiran anak-anak Inggris. Wingardium Leviosa adalah spell paling terkenal dalam seri I buku dan film Harry Potter and the Philosopher's Stone.

Magic Word yang saya sangka akan dipakai anak-anak saat itu adalah simsalabim atau abrakadabra (Abrakadabra ini baru dipakai di cerita Harry Potter buku ke-4, diceritakan sebagai spell paling mematikan, yang biasa dipakai Lord Voldermort, termasuk ketika membunuh kedua orang tua Harry Potter). Simsalabim dan abrakadabra itu adalah dua mantra yang paling saya kenal, sama sekali saya tidak berpikir wingardium Leviosa, spell yang dipakai Harry Potter dkk di Hogwart untuk menerbangkan objek yang dituju.

Kesimpulan saya, generasi sekarang telah berubah dari generasi saya (yang kini telah menjadi generasi ibu-ibu mereka! )meskipun parameter yang saya gunakan mungkin terlalu sederhana, hanyalah pada pengenalan magic word/spell/mantra. Dan respondennya juga sempit, hanya 40 murid kelas 2 SD di London. Mungkin di Indonesia anak-anak juga tetap lebih hapal simsalabim atau abrakadabra.

Anyway, wingardium leviosa ala teman-teman Ifkar itu begitu membekas dalam ingatan saya. Dan sejak semalam saya memikirkan peristiwa itu lagi karena kemarin kami bertiga menonton film ketiga Harry Potter. Bukan lagi wingardium Leviosa, mantra yang menjadi highlight di buku dan film Harry Potter and Prisoner of Azkaban adalah EXPECTO PATRONUM.

Mantra itu digunakan Harry Potter untuk mengalahkan pengaruh Dementors, makhluk menyeramkan penjaga penjara Azkaban yang punya kemampuan mengerikan membangkitkan ketakutan paling dalam pada manusia dan juga menyedot kebahagian dari jiwa manusia, melalui Dementors kiss. Menurut ceritanya, jika manusia dihukum dengan ciuman Dementors itu, maka akibatnya lebih parah daripada kematian.

Ada dua kata, yang diingat Kirana usai menonton film dengan masa putar 140 menit itu. Pertama adalah Azkaban, yang diucapkan lidah Inggris dan juga Kirana sebaga Ezkeben.( "Not Azkaban mummy, It's Ezkeben"! Kata kirana selalu memprotes pengucapan ala Jawa Mummy-nya) Dan tentu saja, spell baru expecto patronum itu.

Saya membayangkan kalau misalnya saya mengundang teman-teman Kirana musim panas ini, dan mereka saya suruh mengucap mantra pastilah semua akan berteriak: EXPECTO PATRONUM! Well, Kirana setidaknya telah mahir dan yakin benar dengan meneriakan spell itu ia akan menghilangkan kemarahan Mummy-nya. Yeah, fat chance young lady!

Tuesday, June 08, 2004

Ketika Demam Itu Datang Lagi...

Sejak dua minggu lalu tetangga saya memasang tenda gazebo di belakang rumahnya. Ia menghiasinya dengan dua bendera st George Cross besar dan beberapa bendera serupa yang bentuknya lebih kecil.

Tetangga saya itu tidak sendirian. Jika sekarang ini Anda berkeliling London atau Inggris pasti akan dijumpai rumah-rumah meriah penuh bendera (di jendela, dikebun, di atap rumah, di pintu bahkan ada yang rumahnya di cat bergambar st gerorge cross) dan mobil-mobil berbendera Inggris ( di kaca belakang, di dekat spion atau diatas mobil). Juga orang-orang mulai memakai kaos tim nasional Inggris. Itulah tandanya Inggris siap menyambut Piala Eropa 2004 yang baru akan dimulai minggu depan di Portugal.

Bagi sebagian besar orang Inggris, sepakbola adalah bagian terpenting dari hidupnya. Kehidupan dijalani dengan mengikuti irama tim sepakbola favoritnya atau timnas kalau sedang ada kompetisi antara negara, seperti Euro 2004 kali ini. Ada hukum tidak tertulis di Inggris, jangan pernah melangsungkan pesta pernikahan atau acara yang melibatkan adanya hadirin bersamaan dengan pertandingan sepakbola. Pertama, banyak yang tidak akan datang dan kedua, kalau pun datang konsentrasi mereka akan lebih kepada (mencari tahu) skor pertandingan.

Heran? Pada awalnya saya juga heran. Tepat empat tahun lalu, saya pertama kali datang ke Inggris bersamaan dengan berlangsungnya Euro 2000 di Belanda-Belgia. Saya senang menonton sepakbola dan punya tim favorit (dulu: timnas Belanda dan klub AC Milan). Saya baru sadar, kegemaran saya dan juga Indonesia --yang menganggap sebagai negara yg cinta sepakbola--tidak ada apa-apanya dibanding Inggris.

Selain asesoris di atas, seluruh kehidupan di negeri ini serasa berhenti ketika timnya bertanding. Jalanan sepi, tidak ada mobil yang melintas, hampir semua orang --yang tidak kebagian tiket pertandingan -- berada di depan layar televisi di rumah atau di bar.

Hasil pertandingan itu akan menentukan mood Inggris selanjutnya. Kalau Inggris menang, maka seluruh negeri akan bergembira bahkan ada yang dinamakan "feel good" feeling yang mendongkrak ekonomi. Mengapa? ketika tim Inggris menang maka feel good feeling itu akan disalurkan dari mulai pergi belanja sampai meningkatnya semangat kerja. Setiap timnas menang, secara ekonomi Inggris mengalami keuntungan sampai jutaan poundsterling.

Sebaliknya ketika tim Inggris kalah atau paling buruk kalau terlempar dari turnamen, maka Inggris pun berkabung nasional. Saya ingat, empat tahun lalu usai timnya tersingkir di Euro 2000 saya saksikan London seperti kota mati, sunyi sepi. Dan orang yang saya jumpai menampakan wajah sedih (bahkan sepertinya terpukul sekali) seperti ketika kerabat terdekatnya meninggal.

Heran deh, karena sepakbola saja sampai segitunya. Begitu pikir saya empat tahun lalu. Sampai datanglah Piala Dunia 2002 di Jepang-Korea, dimana saya sebagai Londoner telah berganti tim favorit: timnas Inggris dan klub: Arsenal. Tanpa saya sadari gencarnya topik timnas menghadapai Piala Dunia itu juga berpengaruh begitu besar bagi saya. Ketika turnamen terbesar sepakbola itu dimulai, maka saya pun ikut terhanyut lahir dan batin. Saya bahkan dengan bersemangat ikut pasang spanduk: Come on England! suplemen dari salah satu koran, di jendela depan.

Setiap kali Inggris menang, bahagia sekali rasanya dan perasaan itu terus bertahan sampai pertandingan berikutnya. Sampai kemudian bencana itu datang ketika Inggris bertemu Brazil di perempat final. Saya ingat betul hari itu, di rumah lama di Barking Road saya melihat dari jendela jalanan begitu sepi karena semua orang menonton sepakbola.

Berdua Kirana saya menonton, well, mengintip, karena begitu tegangnya bolak-balik keluar masuk kamar untuk ngumpet. Ketika Michael Owen mencetak gol di menit-menit awal pertandingan, saya berteriak begitu kencang sampai Kirana terlompat karena kaget. Begitu senangnya saya, sampai kemudian tendangan Rivaldo di menit terakhir babak pertama menghapusnya.

Di babak kedua thing could not have got any worse ketika Ronaldinho dengan free kick yang tidak sengaja, menjebol gawang David Seaman. From that point, saya tidak sanggup lagi menatap layar televisi saya. Berdiri di depan pintu living room saya hanya bisa diam dengan air mata bercucuran. Rasa terpukul itu tidak juga hilang sampai turnaamen itu berakhir, bahkan bagi saya Piala Dunia telah berkahir saat itu. Saya tidak peduli lagi dengan pertandingan-pertandingan berikutnya.

Saya pun mengerti , ketika menjelang dimulainya pertandingan final, Des Lynam pembawa acara di ITV membuka acara siaran langsung itu dengan : Maybe you’ve been thinking that World Cup was over, but apparently not and here is the final. Sampai beberapa minggu saya menutup mata dan telinga dari apapun yang membahas partai Inggris-Brazil, saya pindah chanel ketika TV menyiarkannya dan sampai berminggu-minggu berikutnya saya tidak membaca koran.

Sejak Piala Dunia 2002 itu saya berjanji tidak akan mendukung timnas Inggris lagi, bukan karena tidak cinta lagi tetapi tidak ingin mengalami trauma itu lagi. Suami saya hanya tersenyum. "Let’s see", begitu kali pikirnya.

Tampaknya benar dugaan suami saya, tidak hanya saya tidak bisa melepaskan dari timnas Inggris justru kini ditambah lagi dengan Arsenal. Yang artinya, that feeling, bisa berulang setiap minggu, seperti ketika Arsenal dikalahkan Chelsea diperempat final Liga Champion kemarin. Kini saya hanya bisa menyiapkan diri untuk menghadapi kenyataan terburuk dengan tim Inggris. Akan berhasil? Tidak janji.

Seandainya ada yang baru akan memulai menyukai sepakbola di Inggris, maka anjuran saya: Don’t! Sayangnya tidak semua bertanya dulu ketika akan menonton sepakbola untuk pertama kalinya. Beberapa minggu lalu teman dekat saya, mahasiswi Indonesia di London, mengirim SMS: "Selama hidupku aku baru kali ini nonton sepakbola dari awal sampai akhir dan saya menikmatinya. Kayaknya aku akan mulai nonton sepakbola". Oh No!

Tuesday, June 01, 2004

European Premier of Harry Potter and The Prisoner of Azkaban

Minggu siang, berdua Kirana ke Leicester Square nonton Premier untuk kawasan Eropa, film ketiga Harry Potter: Harry Potter and The Prisoner of Azkaban. Berangkat dari rumah pk 12 siang, saya pikir cukup awal untuk dapat spot bagus karena acara dimulai pk 16.30. Sampai Leicester Square menjelang jam 13, and I was totally wrong!

Di sekitar bioskop Odeon sudah penuh sesak fans Harry Potter yang sebagian besar anak-anak belasan tahun --kalau ada orang tua, itu karena mengantar anaknya--Katanya mereka datang pk 5 pagi (wow!) untuk bisa dapat the best spot. British memang paling militan untuk urusan mengantri. Jadi ingat dua tahun lalu, dengan semangat '45 saya berangkat pk 5 pagi ke Wimbledon untuk nonton tennis , berharap dapat antrian terdepan dan dapat tiket masuk (Ayah dg tidak sopannya punya pass masuk dari kantornya!).

Sampai di Wimbledon terbengong-bengong mendapati ribuan orang yang telah mengantri dari sehari sebelumnya. Menginap memakai tenda, dengan perbekalan lengkap dari kursi sampai kompor untuk menyiapkan sarapan pagi. Banyak diantaranya tengah duduk dengan secangkir kopi sambil membaca surat kabar. Nice!

Kembali ke Harry Potter, Kirana senang sekali karena banyak poster Harry Potter and the gank, dan puluhan balon raksasa berbentuk Aunt Marge yang disihir Harry hingga membengkak tubuhnya. Tapi Kirana bingung ketika penonton lain terus-menerus berteriak: We want Dan, we want Rupert, We want Tom!". Kirana yang tidak kenal nama-nama pemeran di film , ikutan juga teriak: "We want Tom, We want Tom!", Tapi juga bertanya, "Who's Tom, Mummy ? Karena ia hanya kenal Harry, Ron, Hermione, Malfoy dll.

To my surprise, ternyata yang paling diidolakan (dari seringnya namanya dipanggil dan kerasnya teriakan histeris), justru Tom Felton alias Draco Malfoy, si licik penjilat musuh bebuyutan Harry itu. Baru kemudian Rupert Grint (Ron weasley) dan Daniel Radcliffe.Bahkan setiap kali Emma Watson (Hermione Granger) disebut justru disambut: Boooooo!! Maklum karena mayoritas adalah cewek, tampaknya mereka iri dengan Emma yang kemarin anggun sekali memakai gaun hitam dan bunga pink di rambutnya yang disanggul sederhana. Tidak salah kalau beberapa surat kabar menjulukinya sebagai Grace Kelly kecil.

Ketika Malfoy eh Tom datang, saya (yang membayangkan Draco Malfoy di buku dan filmnya)baru mengerti kenapa dia paling membuat histeris: blonde, ganteng, bermuka badung, pakai jas putih keren, tidak ada tampang licik seperti di film. Rupert juga ok, dengan rambut merahnya yang sedikit gondrong,hanya sedikit kalah "kelimis" dari Tom. Kalau Daniel, he's too nice I think. Dan sepertinya cewek-cewek remaja itu kurang suka dengan yang bertampang "anak baik".

Saya merasa sangat tua, berada diantara ribuan screeming teenager itu. Pk 17.30, ketika semua bintang sudah masuk ke Odeon, saya ajak Kirana pulang. " I dont want to go home, Mummy. I want to see Harry Potter just like everybody in here". Oh My, saya semakin merasa tua.***

Tuesday, May 25, 2004

Kirana and The Baby

+Mummy, I want a baby girl.
-Why?
+Because boys are naughty.

+Mummy, My tummy is so full, what's inside my tummy ?
-Rice, egg, bread, milk, ice cream, biscuit and chocolate. You've been eating all day, that's why your tummy is so full.
+Why did you eat your baby mummy?
- I didn't eat the baby.
+Yes, you did. Why the baby is in your tummy then?

-What are you doing Kirana? *menekan perut dg tangannya kemudian dg kakinya*
+I've been trying to squeeze the baby mummy. I want the baby to comes out quick.

+Mummy, you know what? I think I will let the baby to borrow my toys.
-Really? That's nice Kirana, I'm sure the baby will love it.

+Mummy, the baby wants to have sandwich.
-How did you know?
+The baby just told me.
-What kind of sandwich does the baby wants?
+I want peanut butter and chocolate one mummy.

-Hallo Kakak Kirana.
+My name is Kirana, not kakak Kirana.
-The baby will call you Kakak Kirana, because you are older and bigger.
+My name is Kirana. Just Kirana mummy. I dont want you and the baby call me Kakak Kirana.

Tuesday, May 18, 2004

P 38 W 26 D 12 L O, The Invincibles



Everton H 2-1, Middlesbrough A 4-0, Aston Villa H 2-0, Manchester City A 2-1, Portsmouth H 1-1, Manchester United A 0-0, Newcastle United H 3-2, Liverpool A 2-1, Chelsea H 2-1, Charlton Athletic A 1-1, Leeds United A 4-1, Tottenham Hospur H 2-1, Birmingham City A 3-0, Fulham H 0-0, Leicester City A 1-1, Blackburn Rovers H 1-0, Bolton Wanderers A 1-1, Wolvehampton Wanderers H 3-0, Southampton A 1-0, Everton A 1-1, Meddlesbrough H 4-1, Aston Villa A 2-0, Manchester City H 2-1, Wolverhampton Wanderers A 3-1, Southampton H 2-0, Chelsea A 2-1, Charlton Atletic H 2-1 Blackburn Rovers A 2-0, Bolton Wanderers H 2-1, Manchester United H 1-1, Liverpool H 4-2, Newcastle United A 0-0, Leeds United H 5-0, Tottenham Hospurs A 2-2, Birmingham City H 0-0, Portsmouth A 1-1, Fulham A 1-0, Leicester City H 2-1.


(foto : www.bbc.co.uk)
Ketika Musim Hayfever Tiba

Bersamaan dengan datangnya summer di Inggris, muncul satu jenis alergi yang di sebut dengan hayfever. setiap tahun minimal 2-3 juta penduduk Inggris akan terserang alergi yang tanda-tanda mirip dengan influensa hanya saja tidak disertai demam dan pusing.

Penderita hayfever ini mengalami pilek, hidung tersumbat, batuk, mata merah/berair, serta tenggorokan sakit. setiap penderita bisa menampakkan salah satu gejala di atas atau bisa lebih bahkan ada yang semua gejala tersebut mampir dalam tubuhnya.

Penyebab utamanya adalah yang disebut di Inggris sebagai pollen atau serbuk sari bunga. Pollen ini mulai bermunculan di awal summer seiring dengan mekarnya bunga-bungaan di Inggris. Setiap jenis pollen muncul dalam waktu yang berbeda, sehingga munculnya gejala penderita hayfever pun mengikuti kapan saat jenis pollen yang ia alergi muncul.

Ada banyak tersedia jenis pengobatan untuk hayfever ini, mulai dari nasal spray, inhaler,obat atau pun sirup tergantung preferensi dari penderita. Tetapi seperti juga efek obat-obatan yang lain, pengobatan ini tidak langsung menghilangkan gejala hayfever tetapi hanya mempersingkat atau hanyalah mengurangi gejala tersebut.

Untuk mencegah hayfever bisa dilakukan dengan terus berada di dalam ruangan terutama pk 5-7 pm dimana saatnya pollen banyak berterbangan. Juga dengan menutup jendela rumah, terutama saat tidur. Sesuatu yang sayangnya sangat sulit dilakukan di Inggris. Karena, sebagai negara yang musim panasnya singkat maka bangunan dan rumah di Inggris berdesaign tertutup (sedikit ventilasi) yang artinya sangat panas di dalam rumah ketika jendela/pintu tetap tertutup pada siang hari atau pun malam di musim panas.

Tetapi setidaknya di Inggris menyiarkan pollen count (penghitungan jumlah serbuk sari setiap kubik udara di wilayah tertentu) yang biasanya bersamaan dengan acara/kolom ramalan cuaca di televisi/surat kabar. Jadi bisa tahu kapan dan dimana pollen akan banyak jumlahnya dan penderita hayfever bisa berupaya menghindarinya.

Tiga tahun mengalami summer di Inggris, Alhamdulillah kami sekeluarga lolos dari serangan hayfever. Tetapi ternyata di summer ke-4 tahun ini saya tampaknya mendapat kado untuk merasakan "penyakitnya orang Inggris".

Sejak tiga hari lalu, hidung tersumbat siang dan malam tanpa sebab, tanpa pusing dan juga demam. Dan susahnya lagi karena kehamilan saya, maka tidak bisa pula mengkonsumsi sembarang obat. Terpaksa hanya bisa mengandalkan inhaler, yang tidak menyembuhkan tapi sedikit membantu --beberapa saat, tapi kemudian hidung kembali tersumbat -- untuk bisa bernapas normal.

"Artinya mummy sudah menjadi orang Inggris beneran", begitu suami saya mencoba menghibur. Tapi kalau saya boleh memilih, lebih baik saya tidak pernah "menjadi orang Inggris" selamanya. Sebagai orang Banyumas jauh lebih enak, kebal dengan segala macam pollen, jangankan hanya serbuk sari, serbuk lain yang lebih beracun pun dulu saya kebal.

Saturday, May 08, 2004

Rujak dan Ulekan Batu

Dua minggu lalu, teman yang tinggal di Wimbledon menitipkan mangga setengah matang melalui suaminya, "untuk Ibu hamil, yang biasanya suka yang asam-asam", begitu pesannya. Padahal selama kehamilan saya -- sekarang sudah masuk minggu ke-19 -- tidak pernah sekalipun kepengin yang asam, atau pun "ngidam" satu jenis makanan tertentu.

Karena terlalu asam untuk dimakan langsung, saya pun membuat bumbu rujak sebagai teman makan mangga itu. Untuk menambah ramai saya tambah potongan apel, karena malam itu tidak tersedia buah lain yang "rujakable". Tidak disangka, kalau rujak yang tidak niat itu ternyata enak sekali: pedas, asam dan manis campur jadi satu. Mual dan pusing saya langsung hilang dan perut pun langsung hangat (saking pedasnya).

Sejak malam itu, saya jadi ketagihan makan pedas. Tiada hari tanpa sambal, pernah suatu hari ketika tidak ada makanan yang cocok untuk bersambal, saya maksa ngemil strawberry dicolek ke sambal terasi! Tenggorokan saya yang biasanya langsung protes kalau saya makan terlalu pedas ( gara-gara amandel yang terlalu besar tetapi malas untuk di operasi) dan perut saya, kali ini pun berbaik hati. Tidak pernah ada keluhan, kecuali perut panas itu.

Bisa dibayangkan, kalau sekarang setiap saat tersedia rujak atau sambal di rumah. Dari makan besar atau sekedar ngemil : pedas is a must!

Cerita tentang rujak, mengingatkan saya dengan kisah ulekan mungil yang saya pakai membuat bumbunya. Ulekan itu, yang selama ini lebih banyak menganggur karena selain terlalu kecil juga saya malas ngulek dan lebih mudah pakai blender, saya beli di Prambanan, Yogyakarta dua tahun lalu ketika pulang ke Indonesia.

Seorang teman di London pernah menawarkan ke saya, ulekan yang lebih besar seperti yang ia punya, karena kebetulan temannya importir barang-barang dari Indonesia, mulai dari ulekan sampai furniture antik. Di tunggu-tungu sampai sekarang barangnya tidak pernah ada, terakhir dengar sudah beralih profesi dan tidak berjualan lagi. Terpaksalah saya setia dengan ulekan mungil yang menurut janji penjualnya, asli dari batu pegunungan sekitar Prambanan.

Masih tentang ulekan, teman saya yang lain punya cerita lucu. Ia punya teman yang tinggal di salah satu negara Eropa juga tapi saya lupa dimana tepatnya, yang jarang penduduk asal Asia, maka itu penduduk lokal masih agak rasis (atau mungkin bisa juga sebaliknya: orang asing enggan tinggal di negara itu karena penduduknya rasis). Suatu hari si orang Indonesia itu ingin masak-memasak bareng di rumah temannya. Ingin bercita rasa asli, ia angkut ulekannya --yang berukuran cukup besar--naik bus ke rumah temannya.

Dengan tidak taktisnya ia membawa ulekan yang pasti berat itu dengan ditenteng di tas plastik, bukan kejutan kalau di bus tas plastik itu jebol dan dengan tidak berdosa menimpa kaki salah satu penumpang bus. Bisa dibayangkan bagaimana marahnya si penumpang sial itu, berteriak-teriak dengan bahasa lokal membuat kegemparan di bus yang kalau diterjemahkan kira-kira: "Dasar Asia, batu di bawa-bawa!"

Tentu saja, si Indonesia pembawa ulekan itu hanya bisa nyengir dan minta maaf tanpa bisa menjelaskan bahwa batu yang ia bawa bukanlah sekedar batu. Cerita teman saya ini lah alasan utama kenapa ulekan yang saya pilih untuk dibawa ke London justru yang kecil mungil, yang susah dipakai ngulek. Saya hanya takut kalau saat pemeriksaan di bandara ulekan itu ketahuan dan saya pun terpaksa harus menerangkan mengapa saya terbang dengan membawa batu.

foto: rujak made in Thamesmead dan ulekan batu asli Prambanan itu.

Saturday, May 01, 2004

Kirana's New Helmet

Kemarin, karena ada teman yang kebetulan juga plumber, fixing something in the kitchen, sementara Kirana libur –gurunya ada rapat—(kok mirip SD di kampungku dulu ya). Artinya, Kirana harus diungsikan menghindari dia mengganggu proses pengerjaan.

Bingung mau kemana, terlanjur beli tiket zone 2-6 (tidak bisa ke central London, Zone 1) pergilah kita ke Canary Wharf dan Canada Water di Zone 2-3. Beberapa waktu ini, saya menemukan cara lebih murah bepergian di London. Sebelumnya selalu beli one day travelcard (tiket yang berlaku untuk all tranportasi di London dalam sehari) zone 1-4, karena rumah ada di zone 4 dan paling jauh saya pergi juga ke radius Zone tersebut.

Suatu hari ketika beli tiket saya notice bahwa untuk tiket Zone 2-6 jauh lebih murah (beda hampir £2) dan karena tidak selalu saya bepergian ke Zone 1 maka, sejak itu saya beli travelcard Zone 2-6. Tiket saya lebih murah lagi, karena yang saya beli adalah tipe family yang saratnya harus ada anak. Pas dengan saya yang kemanapun mengajak Kirana.

Canary Wharf jaraknya hanya satu stop dari North Greenwich Station via jubilee line, tempat saya memulai journey (dari rumah ke NG naik bus sekali). Selain kompleks perkantoran terbaru dan termodern di London, Canary Wharf juga tempat belanja yang asyik karena selain lengkap juga indoor, yang untuk kondisi London yang hampir selalu dingin dan hujan, seperti yang terjadi kemarin, sangat membantu.

Tujuan utama beli topi summer untuk Kirana. Beberapa hari lalu, ketika matahari sempat muncul dan sempat pula mencapai 22 derajat, saya lihat banyak anak-anak kecil sudah mulai ber-topi summer. Topi lebar, berwarna cerah dengan tali ikat di leher, lucu dan very summery. Pergilah kita ke GAP Kids, dan topi yang saya bayangkan berjajar rapi dengan cantiknya.

Tapi apa yang terjadi, kirana memberontak: "I don’t want a new hat mummy, I’ve already got many hats at home". Berlari menolak setiap kali saya bujuk mencoba topi. Kesal dengan ulah Kirana, saya batalkan beli topi, dan beli beberapa item lain yang di counter sale (salah satunya jeket tipis berbunga cerah-ceria, dengan harga under £5) , tanpa berkonsultasi dengan Kirana.

Bosan mondar-mandir di Canary wharf, dan telpon rumah ternyata dapur belum selesai, kami lanjutkan perjalanan ke Canada Water, satu stop setelah Canary Wharf. Tepat di luar stasiun ada Decathlon, superstore khusus perlengkapan olahraga. Saya senang ke sini karena semua lengkap, dan pelayannya very helpfull dan tahu benar secara teknis barang-barang yang di jualnya. Ternyata karena sarat menjadi pelayan di decathlon adalah: passion dengan olahraga. Pantesan ahli!

Decathlon dibagi dua gedung, satu untuk indoor sport dan satunya outdoor sport semacam hiking, bersepeda, sky, camping dll. Pertama, masuk ke outdoor sport, karena ingin mencari helm sepeda Kirana.

Tentang helm bersepeda, di Inggris hukumnya wajib. Dan wajib di sini artinya benar-benar wajib. Biar pun anak kecil, kalau bersepeda di luar rumah (dengan berapapun roda sepedanya) wajib untuk memakai helm. Kebayang kalau di kampung saya, peraturan itu juga diberlakukan. Lucu kali ya dan pasti tidak dihiraukan.

Seperti biasa setiap kali masuk ke decathlon, pasti bingung karena so many choices dan juga banyak soal teknis yang sama sekali tidak saya pahami. Beberapa waktu lalu, ketika ingin beli sepeda Kirana misalnya, baru saya tahu ada banyak jenis sepeda anak yang meskipun satu model tetapi berbeda tingkat keselamatan (safety).

Begitu pula dengan helm, ternyata juga sedikit rumit. Tapi seperti biasa pula ada staff yang selalu siap membantu memilihkan yang paling cocok dengan kebutuhan. Ketemu yang Kirana suka (gambarnya) dan ternyata pas dengan ukuran kepalanya (yang ternyata harus diukur serius). Dan ternyata sale pula, dari £14,99 menjadi £4,99, my lucky day!

Setelah itu ke bagian walking shoes, karena saya perlu sandal musim panas yang enak untuk jalan (tanpa hak tinggi tentunya dengan kondisi kehamilan saya). Banyak sekali pilihan, saya putuskan beli yang termurah karena setelah mencoba beberapa sandal (termasuk yang buat hiking hehe) semua enak. You know what, ketika saya bayar dari kasir, sandal saya itu ternyata juga sale dari £11,99 menjadi £6,99!

Keberuntungan tidak berhenti mengikuti saya hari itu, karena ketika melihat sepatu anak-anak saya menemukan sepatu yang saya inginkan untuk Kirana (sepatu untuk sekolah karena yang lama sudah bluthuk dan mulai sempit) dengan harga £1, sale tentu saja. Alhamdulillah.

Capai muter-muter, termasuk bergaya dengan mencoba (tidak beli) segala macam jenis kacamata hitam, mulai yang buat sky, bersepeda sampai jenis "ringan" untuk jalan-jalan, mencoba berbagai jenis women running shoes, leisure shoes dll akhirnya saya putuskan untuk pulang.

Sampai rumah, pas dengan berakhirnya pekerjaan di dapur. Kirana langsung pakai sepatu, helm dan jaketnya. Tidak mau di copot sampai menjelang tidur. Pagi ini, bangun tidur ia kembali mencari sepatu, helm dan jaketnya.

It was lovely day yesterday (disamping hujan dan kembali dingin), considering mendapatkan apa yang dicari dengan harga yang jauh lebih murah dari yang seharusnya. Sehingga ledekan suami saya: "oh gitu, belanja untuk dirinya sendiri. Yang di rumah dilupakan, tidak dibelikan apapun". Terasa nyanyian yang tidak annoying. "Perlu apa emang? Next time kita belanja lagi", jawab saya yang memang cari alasan untuk ke decathlon lagi.